Langsung ke konten utama

Postingan

How I Asked Her to Marry Me (Part 1)

"There are two most important days in any love story. The day you meet the girl of your dreams and the day you marry her" ~ How I Met Your Mother Ada dua momen paling penting dalam kisah cinta setiap pasangan. Hari di mana kau bertemu dengan belahan jiwamu, dan hari di mana kau menikahinya. Itu adalah salah satu kalimat dari serial sitcom How I Met Your Mother yang paling membekas di hati gua. Dan ya, gua setuju banget sama kalimat itu. Sepanjang hidup gua ini, gua udah mengalami beberapa kisah cinta yang cukup fenomenal (baca aja di postingan-postingan blog terdahulu hehe) Tapi sayangnya, semua kisah itu berakhir dengan perpisahan. Karena itu gua bertekad, kalau suatu hari gua akhirnya menemukan seseorang yang layak dan juga bersedia menjadi partner gua seumur hidup, gua akan melamar dia dengan cara yang super romantis dan tidak terlupakan. Nah, di postingan bersambung kali ini, gua mau cerita tentang perjalanan gua melamar pacar gua. Kisah ini cukup panjang dan penuh lika-l
Postingan terbaru

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Selamat Tinggal, Depresi

Oke, di postingan kali ini, gua mau cerita sesuatu yang sedikit personal. Tahun 2008-2010 bisa dibilang adalah masa paling kelam dalam hidup gua. Patah hati yang bertubi-tubi, gesekan dalam pergaulan, krisis identitas, dan situasi keluarga yang jauh dari harmonis, menyebabkan gua depresi berat . Di depan orang lain gua selalu jadi seseorang yang penuh canda dan tawa. Seringkali gua tersenyum, tapi sebenarnya hati gua saat itu seperti disayat-sayat. Gua sering ngerasa minder, emosi gua ga stabil, bete atau sedih tanpa alasan yang jelas, dan aneka pikiran negatif seperti niat untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri pun sering terlintas di kepala gua. Cuma beberapa orang-orang terdekat gua bisa merasakan aura negatif yang sering terpancar dari diri gua pada masa-masa itu. Waktu itu kalo berantem sama orang di rumah, gua suka jerit-jerit histeris, nangis sambil ketawa-tawa ga jelas ala Jokernya Batman (sampe sekarang masih suka kejadian, kalo lagi stress berat, dunno why), jeduk-jeduk

Kopdar Heboh Bersama Irvina Lioni

"Malu bertanya, sesat di jalan" itu salah satu dari pepatah Bahasa Indonesia favorit gua. Mengapa? Karena di era digital di mana kita bisa bebas mengakses informasi ini, banyak sekali kesalahpahaman yang timbul karena kita tidak kritis dan malas bertanya. Dengan sekian banyaknya informasi palsu dan berita hoax yang bertebaran di beranda social media kita, bagaimana caranya supaya kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah? Bagaimana caranya supaya kita tidak terhasut oleh artikel-artikel dan situs-situs yang memang berniat menebar bibit kebencian dan perpecahan? Ada banyak cara, tapi salah satu cara yang paling mudah adalah bertanya . Bertanya kepada seseorang atau narasumber yang memang ahli atau punya pengetahuan mengenai hal yang ingin kita ketahui itu. Untuk apa sih kita bertanya? Ingin tahu itu tidak selalu identik dengan kepo. Kita bertanya karena kita ingin mendapatkan informasi yang benar. Kita bertanya karena kita menolak untuk berasumsi tanpa dasar yang ben

Suka Duka Kepala Tiga

27 Agustus 2007 Gua dan beberapa orang teman sekelas duduk di sebuah rumah makan di dekat gerbang kampus. Saat itu kita baru saja selesai kuliah pelajaran Menggambar, kuliah pertama gua di kampus Maranatha ini. Kebetulan juga, hari itu adalah hari ulang tahun gua yang ke 20. Gua baru kenal mereka hari itu, jadi ya gua ga bilang ke mereka kalo hari ini tuh gua ulang tahun. Hari itu, kita cuma duduk di sana ngobrol-ngobrol. "Menurut kalian, sepuluh tahun lagi kita udah bakal jadi apa ya?" tanya seorang cewe bernama Lilya. "Baru aja mulai kuliah, lu udah mikir sepuluh tahun lagi mau jadi apa. Kejauhan, Ya!" kata Arwin, sambil menghembuskan asap rokoknya. "Yang pasti, gua pasti udah nikah" kata Cynthia, yang sedang sibuk mewarnai kukunya. "Kalo lu, Ven?" tanya Lilya kepada gua. "Yah gua sih ga muluk-muluk...umur 30 nanti, minimal gua harus udah mapan. Udah punya usaha sendiri, punya penghasilan yang tetap, udah bisa DP rumah, udah tau hidup ini

Info Beasiswa China (Juli 2017)

Hebei Normal University , sebuah universitas yang terletak di kota Shijiazhuang, Hebei Province, China, membuka pendaftaran jalur beasiswa untuk : S1 Jurusan Bahasa Mandarin 汉语国际教育本科 Syaratnya : 1. WNI 2. Sudah lulus SMA 3. Diutamakan bagi pendaftar yang masih berusia 18-25 tahun Jenis beasiswa CSC (Chinese Scholarship Council) Beasiswa mencakup : 1. Uang sekolah 2. Asrama (1 kamar 2 orang) 3. Biaya hidup 2500 RMB per bulan (kurang lebih 5 juta rupiah) 4. Buat yg udah punya sertifikat HSK 4 ke atas bisa langsung mulai S1. Buat yg belum punya sertifikat HSK, akan diberikan foundation/kursus mandarin selama 1 tahun (gratis, sudah termasuk di dalam beasiswanya) Beasiswa tidak mencakup : 1. Tiket pesawat 2. Biaya medical check up dll 3. Biaya registrasi + administrasi Lama kuliah : 4 tahun (+1 tahun foundation bagi yang belum punya sertifikat HSK) Batas pendaftaran 19 Juli 2017 (pk.18.00) Buat yang keterima, akhir Agustus 2017 ini mulai kuliah Buat yang berminat, silahkan kontak : Keven +8

Mengajar Dengan Hati

Jaman semakin maju, anak-anak muda juga semakin kreatif. Tapi sayangnya, ada yang memanfaatkan kreativitas mereka itu untuk melakukan hal yang tidak baik. Mencontek, misalnya. Salah satu bagian yang menyebalkan dari profesi menjadi guru adalah saat menghadapi ujian. Seriusan. Percaya ga percaya, ga cuma murid yang sebel sama ujian, guru pun sebenernya begitu. Kenapa?  Pertama, bikin soal ujian itu ga gampang, banyak aturan yang cukup ribet dari sekolah/kampus yang harus dipenuhi. Jadi buat kalian murid-murid yang mikir bahwa guru itu kalo bikin soal ujian seenak perut, kalian SALAH BESAR.  Kedua, meriksa ujian itu...melelahkan. Apalagi kalo meriksa lembar-lembar ujian yang banyak salahnya, wah tangan bisa pegel setengah mati itu corat-coretnya. Terakhir, mengawas ujian itu bukan pekerjaan yang menyenangkan. Sekali kita ga liat, pasti langsung ada murid yang nyontek.Ga di Indonesia, ga di Tiongkok, sama aja.  Kenapa SIH harus nyontek? Jaman sekolah dulu, gua akui gua juga PERNAH nyontek