"Malu bertanya, sesat di jalan" itu salah satu dari pepatah Bahasa Indonesia favorit gua. Mengapa? Karena di era digital di mana kita bisa bebas mengakses informasi ini, banyak sekali kesalahpahaman yang timbul karena kita tidak kritis dan malas bertanya. Dengan sekian banyaknya informasi palsu dan berita hoax yang bertebaran di beranda social media kita, bagaimana caranya supaya kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah? Bagaimana caranya supaya kita tidak terhasut oleh artikel-artikel dan situs-situs yang memang berniat menebar bibit kebencian dan perpecahan?
Ada banyak cara, tapi salah satu cara yang paling mudah adalah bertanya. Bertanya kepada seseorang atau narasumber yang memang ahli atau punya pengetahuan mengenai hal yang ingin kita ketahui itu. Untuk apa sih kita bertanya? Ingin tahu itu tidak selalu identik dengan kepo. Kita bertanya karena kita ingin mendapatkan informasi yang benar. Kita bertanya karena kita menolak untuk berasumsi tanpa dasar yang benar. Kita bertanya...karena kita ingin saling mengerti dan memahami.
Dan "Bertanya" adalah topik utama dari kopdar gua bareng Irvina Lioni.
Gua sebenernya udah lama kenal sama Vina. Kalo ga salah, pertama kali kita berkenalan di jagad maya pada awal tahun 2011. Waktu itu gua lagi magang di sebuah perusahaan advertising internasional di Jakarta. Dan untuk mengisi waktu senggang di sela-sela kesibukan kantor, gua mulai rutin nulis blog. Entah gimana ceritanya, waktu lagi blogwalking, gua ga sengaja nyasar ke "Kancut Keblenger", blognya si Vina.
Kesan pertama gua...edan, ini nama blognya nyeleneh abis. Yang nulisnya cewe lagi! Ah kepoin ah. Dan ya waktu itu isi blognya si Vina juga "anti-mainstream" banget. Campur aduk abis, kayak blog gua. Berawal dari saling komen-komenan di blog, akhirnya di pertengahan 2011, gua join ke komunitas blogger "Kancut Keblenger" atau KK yang dibuat sama si Vina. Sejak saat itu, kita jadi makin sering komunikasi lewat grup Facebook KK. Tapi ya memang cuma saling komen di grup, blog, atau twitter doank, jarang ngobrol satu lawan satu.
Waktu berlalu begitu cepat, gua pergi ke China, dan frekuensi buka socmed pun agak berkurang. Kalo ada kopdar besar KK di Jakarta, gua ga pernah bisa dateng karena terdampar di seberang lautan. Ya kadang kalo pas lagi pulang ke Indo, gua suka ikutan Kopdar KK Bandung, ketemuan sama beberapa orang blogger kreatif yang berdomisili di Bandung. Tapi ya, ga pernah terlintas di kepala gua untuk ketemuan sama si Vina, secara kita tinggalnya beda kota gitu.
Niat untuk kopdar sama si Vina dimulai tahun 2016 lalu. Waktu itu gua lagi ngiklan artikel kopdar gua sama Safira Nys di socmed, dan kemudian Vina (entah di FB atau Twitter) komen gini :
"Ko, next time ke Jakarta, kita ketemuan yok!"
Dan sejak saat itu, gua membulatkan tekad : Oke, next time gua ke Jakarta, gua bakal kopdar sama Vina.
Dan tekad ini akhirnya bisa terlaksana Agustus 2017 lalu. Setelah 7 tahun bersahabat di dunia maya, akhirnya kita bisa ketemu face to face.
Ceritanya gini, waktu itu ada seorang sahabat gua yang kawinan di Jakarta. Kawinannya sih Hari Sabtu, dan gua sengaja berangkat ke Jakarta sehari lebih awal supaya bisa ketemuan sama Vina. Kita janjian ketemu di Starbucks Citos. Gua dateng sekitar sejam lebih awal, sempet jalan-jalan dulu sebelum akhirnya gua duduk di Starbucks dan nungguin si Vina.
Sambil nungguin si Vina dateng, gua deg-degan abis. Super excited. Kenapa?
1. Soalnya si Vina ini terkenal agak nyentrik. Suka bikin status, tweet, postingan atau video blog yang nyeleneh dan kontroversial di socmed. Gua penasaran, orang asliya kayak gimana ya? Dia bakal nanya apa ya ke gua?
2. Soalnya si Vina ini bisa dibilang adalah salah satu dari sedikit sahabat blogger yang gua kenal paling lama, dari masa-masa awal gua mulai ngeblog, dan masih aktif sampai saat ini. Waktu awal gua ngeblog, gua punya banyak sahabat blogger yang sampai hari ini gua belum pernah ketemu face to face. Sebut aja Immanuel Lubis, Gaphe, Sang Cerpenis Bercerita, dll. Dan kayaknya gua ga akan ada kesempatan ketemu sama mereka, soalnya mereka udah menghilang dari jagad maya. Makanya gua campur aduk banget, ada rasa kangen seperti ketemu kawan lama, tapi sekaligus deg-degan kayak ketemuan sama cewe yang baru kita kenal lewat Tinder.
Gua nunggu sekitar setengah jam, sampe akhirnya Vina pun muncul. Kesan pertama gua waktu ketemu dia...ternyata Vina orangnya manis dan ramah banget ya, murah senyum, seneng ketawa. Dan ternyata, gua ma dia ga usah basa-basi terlalu banyak, hanya dalam beberapa menit, pembicaraan kita pun mengalir begitu saja. Kita nostalgia soal masa-masa awal kita mulai ngeblog dan cerita-cerita soal sahabat-sahabat blog yang kita kenal di jagad maya, juga membahas berita-berita yang sedang aktual di Indonesia. Vina juga cerita-cerita soal kehidupan dia di dunia socmed dan advertising, dan gua cerita-cerita soal kehidupan gua di China.
Salah satu pembicaraan utama kita malam itu adalah tentang China. Kita berdua sama-sama keturunan Chinese, tapi bedanya mungkin gua hidup di lingkungan yang budaya Tionghoanya kental, ditambah lagi gua menghabiskan 5 tahun terakhir di kampung halaman leluhur di seberang lautan. Jadi si Vina kayaknya curious banget, dia pengen tahu soal budaya dan kehidupan masyarakat di Tiongkok. Banyak banget yang kita obrolin malam itu, salah satunya membahas mengenai stereotype-stereotype tentang China yang populer di Internet.
Hal yang paling berkesan bagi gua malam itu adalah...meskipun si Vina ini hobi bikin postingan-postingan yang nyeleneh dan kontroversial di socmed, tapi ternyata dia bukan tipe orang yang kepo dan ngegosipin orang tanpa dasar. Vina orangnya kritis banget, kelihatan banget dari pertanyaan-pertanyaan yang dia tanyain ke gua.
"Ko, socmed kayak FB, Google, dll kan di blok di China, nah orang di China sana seneng pake socmed apa kalo gitu? Apa bedanya sama socmed di Indonesia? Apakah ada perbedaan fungsi dan cara masang ads nya?" dan lain sebagainya. Cerita lengkapnya bisa kalian baca di postingan Vina yang ini.
Yang bikin gua kagum sama Vina adalah...dia berani bertanya. Dan dia bertanya bukan cuma sekedar karena kepo, tapi karena dia pengen mengerti, pengen memahami, supaya ga salah paham atau berasumsi tanpa dasar.
Jaman gua kecil dulu, kalo gua mau tau tentang suatu hal, gua harus mengobrak-abrik buku di perpustakaan, dan itu butuh waktu dan tenaga yang ga sedikit, hanya untuk menemukan jawaban dari suatu pertanyaan. Jaman sekarang, gampang banget. Tinggal googling, tinggal liat wikipedia, tinggal tanya di Quora, tapi masih banyak banget orang yang males bertanya, males mencari informasi, males mencoba untuk memahami. Dan parahnya, orang-orang itu pada akhirnya berasumsi sendiri, dan lebih parah lagi menghakimi, tanpa benar-benar memahami dulu duduk masalahnya. Ga usah gua sebutin contohnya deh, gua yakin kalian udah muak baca berita-beritanya di socmed. Gua sih suka ga abis pikir liat orang yang gelarnya Master atau Doctor, tapi kalo ngomong gak dipikir dulu.
Gua salut sama Vina, dan gua bener-bener berharap bahwa di Indonesia ini akan lebih banyak generasi-generasi muda yang punya pikiran kritis dan gak malas bertanya seperti Vina. Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik apabila kita dapat saling memahami, ya nggak?
Malam itu, waktu 3 jam berlalu bagaikan beberapa menit saja. Ngobrol sama Vina, gua beneran kayak lupa waktu. Meskipun hanya ngobrol dalam waktu yang singkat, tapi malam itu gua dan Vina sama-sama belajar banyak. Dan next time gua ke Jakarta, gua pasti cari Vina lagi =)
Komentar
Posting Komentar