Kisah ini adalah bagian yg ga gua ceritain di Zhen Zhu Nai Cha : Revisited (Part 6)
Sebelum baca postingan ini, disarankan baca dulu kisah Zhen Zhu Nai Cha sebelumnya di page Tulisan-Tulisan Terbaik supaya ngerti ceritanya.
28 Januari 2013
Gadis itu duduk membelakangi gua di atas ranjang sambil menyisir rambut panjangnya yg indah. Gua terdiam, termenung, memandangi jemari mungil miliknya bergerak secara lincah dan gesit di saat ia menata rambutnya. Sungguh indah, laksana sebuah tarian yg lemah gemulai namun menyiratkan sejuta kisah.
Ya, jemari itu. Rambut itu. Wangi itu. Rasa itu. Gadis itu. Kelima panca indera gua seolah berkoalisasi, membawa gua kembali ke kenangan indah tadi malam. Rambut panjangnya yg tergerai indah menghiasi parasnya yg cantik, kedua kelopak matanya yg terpejam manis dihiasi bulu mata yg lentik, dadanya yg naik turun seiring tarikan nafasnya. Perlahan gua genggam tangannya, merasakan lembutnya jemari mungil miliknya. Ya Tuhan betapa indah ciptaanMu.
Sentuhan di tangannya itu membuatnya terjaga. Perlahan, kedua kelopak mata itu membuka, dan saat pandangan kita bertemu, seulas senyum mungil terlukis di bibirnya yg merah merona bak bunga teratai. Tiada kata yg terucap saat itu, hanya pandangan bermain di mata, di tengah hening yg berbicara. Perlahan Fen angkat kepalanya kemudian ia rebahkan pipinya di atas tangan gua yg sedang menggenggam tangannya. Sebuah gestur simpel yg penuh arti. Dan saat itulah gua yakin, gua memang sedang jatuh cinta...
Siang itu, Fen ajak gua makan Hotpot di deket hotel tempat kita tinggal. Selesai makan, kita nganterin Xiao Zheng (temennya Fen) pulang ke apartmentnya. Di saat itu, tiba2 saja hujan salju turun. Butir2 putih yg indah pun bertaburan di sekeliling kita. Setelah Xiao Zheng pulang, akhirnya gua dan Fen hanya tinggal berdua. Suasana awkward terasa di antara kita berdua. Ya iyalah, kalo inget kejadian tadi malem, siapa sih yg ga bakal canggung?
Fen jalan di depan, sementara gua jalan di belakangnya. Kita melewati sebuah taman kecil di antara gedung2 yg menjulang tinggi. Di taman itu ada aneka alat permainan seperti ayunan, seluncuran, dll. Di sore hari yg hangat, gua bisa membayangkan taman ini penuh dengan anak2 kecil yg berlarian dan bermain dengan riang gembira. Tapi di tengah hujan salju ini, taman ini terlihat sangat dingin dan sepi.
Fen berlari ke arah sebuah ayunan, dia membersihkan salju yg menutupi tempat duduk di ayunan tersebut dan kemudian dia duduk di sana. Ayunan itu cukup besar, muat untuk dua orang, dan tenaga Fen yg mungil hanya mampu membuat ayunan itu bergeming sedikit. Fen kesal, kemudian ia berdiri di atas tempat duduk itu dan mencoba menggunakan kakinya untuk menggerakkan ayunan tersebut. Gua tertawa melihat kejadian itu.
"Jangan cuma ketawa di sana, bantuin aku" kata Fen sambil cemberut.
"好,老板娘" (Hao, Laoban Niang ~ Oke, Bu Boss) jawab gua.
Fen pikir gua akan dorong ayunan itu dari belakang supaya dia bisa berayun, tapi bukan itu yg ada di pikiran gua.
"Eh? Eh?" Fen hanya bisa terkaget2 saat gua gendong badannya yg mungil, kemudian sambil duduk, gua rebahkan dia di pangkuan gua. Kedua tangannya yg mungil gua lingkarkan ke leher gua, dan kemudian gua mulai mengayun ayunan tersebut. Pertama2 pelan, lama kelamaan semakin kencang. Sambil menikmati ayunan tersebut, gua melihat ke arah Fen. Di saat ia tertawa, pipinya merona merah, sungguh manis. Hati gua pun meleleh.
Setelah puas memacu adrenalin selama kurang lebih 15 menit, gua dan Fen duduk bersebelahan di ayunan itu, memandangi hujan salju yg semakin deras di sekeliling kita. Fen merebahkan kepalanya di bahu gua, dan sementara tangan kanan gua melingkari punggungnya. Tangan kiri gua perlahan meraih tangan kanannya yg mungil.
"Di Indonesia, kita punya satu pepatah" kata gua menjelaskan sebisa gua dengan bahasa Mandarin gua yg terbatas.
"Kenapa Tuhan menciptakan ruang kosong di antara jari-jari kita? Karena suatu hari Ia akan mengirimkan seseorang yg dapat mengisi ruang kosong tersebut"
Dengan lembut, perlahan gua posisikan jari2 gua di antara jari2 mungilnya.
"Seperti ini" Kata gua, sambil memandangi kedua tangan kita yg saling menyatu. Fen tersenyum, pipinya merona merah.
The spaces between your fingers were created so that another's could fill them in...
"Tapi jari kamu besar banget" kata Fen jahil. "Tuh lihat, jari2 aku yg kecil kayak dimakan monster aja di tangan kamu. Di Indonesia kamu dikasih makan apa sih?"
"Di Indonesia kita suka makan orang! Sekarang aku pengen cobain gimana rasanya makan Zhongguoren (orang China)! Aummmm!!!" kata gua sambil memasang muka kayak monster dan mengaum. Tapi mendadak gua terdiam karena sensasi dingin yg gua rasain di bibir gua.
Kejadiannya begitu cepat dan tidak terduga, tapi di saat kedua tangan Fen yg mungil memegang kedua belah pipi gua dan gua merasakan deru hangat nafasnya di wajah gua, gua tau apa yg terjadi saat itu. Bibir kita hanya bertemu selama beberapa detik saja dan kemudian Fen memalingkan wajahnya membelakangi gua.
"那是我第一次. 别笑话!" (Na shi wo diyici. Bie xiaohua! ~ Itu ciuman pertama aku. Jangan ngetawain!) kata Fen cemberut. Tapi sebelum dia sempet berbuat apa2, gua peluk dia. Badan Fen terasa menegang di dalam pelukan gua sebelum akhirnya perlahan2 mengendur. Dengan lembut gua cium kelopak mata kanannya. Terasa nafasnya yg memburu di leher gua. Gua liat mukanya, Fen merem, meringis, setengah gugup setengah malu, ga tau harus berbuat apa2, tapi gua ga mau berhenti sampai di sini. Perlahan ciuman gua turun ke pipi dan akhirnya ke bibir.
Gua ga tau bagaimana dan berapa lama kita berciuman, tapi satu hal yg terlintas di kepala gua setelah kedua bibir kita bertemu hari itu adalah...gua pengen setiap hari bisa mencium dia seperti saat ini...
...
...
"Jadi rasanya seperti itu ya..." ucapnya tanpa memandang ke arah gua. Tatapannya menerawang seperti kembali menghayati apa yg baru dirasakannya. Suasana itu membuat gua yg tadinya sedang sibuk bersih2 salju dari celana gua pun menjadi terdiam. Tanpa kita sadari, hujan salju pun turun semakin deras, membuat Yurongfu (jaket winter) kita berdua pun menjadi agak basah.
"Kayaknya mending kita pulang deh, nanti kamu sakit" kata gua, mengingat Fen saat itu tidak memakai topi dan gua takut dia sakit kepala nantinya. Fen mengangguk pelan, dan meraih tangan gua. Kita pun berjalan sambil bergandengan tangan.
Di perjalanan pulang kita melewati sebuah tempat parkiran mobil. Melihat kaca jendela mobil yg tertutup salju berwarna putih, Fen pun tidak dapat menahan rasa jahilnya. Ia "mencorat-coret" kaca jendela mobil2 yg kita lewati dengan aneka ragam gambar. Suatu ketika, Fen menarik gua ke arah sebuah mobil sedan merah, dan ia pun menulis sesuatu di kaca jendela mobil itu.
Tiga huruf Hanzi yg sudah sangat gua hafal...
Nama mandarin gua...
"Rasanya tadi malem aku cuma kasih tau kamu satu kali deh, kok kamu bisa inget?" tanya gua. Pertanyaan konyol sebenernya, mengingat itu sebenernya adalah hal yg mudah bagi seorang warga China asli.
"Soalnya nama ini bukan cuma terukir di otak aku, tapi juga terukir di sini" kata Fen sambil meletakkan kedua tangannya di dada.
"Kamu juga harus hafalin cara nulis nama aku baik2" kata Fen. Dia ambil tangan gua, kemudian menulis namanya di atas telapak tangan gua. Yun-Fen-Li.
"Udah inget?" tanya Fen selesai dia menulis.
"Jelas ga inget. Nanti pulang gua liat kamus deh" kata gua.
Fen tendang kaki gua, tepat kena tulang kering. Gua membungkuk kesakitan dan pada saat itulah Fen mendaratkan sebuah ciuman di pipi kanan gua.
Senyum di wajah Fen setelah itu, ditambah butir2 salju putih yg menghiasi rambut dan pipinya yg memerah... Bayangan hari itu akan terukir selalu di ingatan gua...
That day when our lips intertwined
Something melt inside me
That hurt in an exquisite way
All my longings, all my dreams and sweet anguish,
All the secrets that slept deep within me came awake,
Everything was transformed and enchanted
And made sense...
人海中遇见你 (Menemukanmu, Satu Di Antara Milyaran Manusia)
你的爱 值得信赖
ni de ai, zhide xinlai
Mempercayai cintamu
你的心 靠在身边
ni de xin, kao zai shenbian
Hatimu, tempatku bersandar
只要你在 我就有许多梦想
zhiyao ni zai, wo jiu you xuduo mengxiang
Dengan dirimu di sisiku, tercipta berjuta impian
只要你在 我就有更多力量
zhiyao ni zai, wo jiu you gengduo liliang
Dengan dirimu di sisiku, segalanya mampu kulakukan
亲爱的 我多么幸运
qin ai de, wo duome xingyun
Sayangku, betapa beruntungnya aku
人海中能够遇见你
renhai zhong nenggou yujian ni
Menemukan dirimu, satu di antara milyaran manusia
亲爱的 我多么盼望
qin ai de, wo duome panwang
Sayangku, betapa kuberharap
就从这一刻起
jiu cong zhe yi ke qi
Mulai saat ini dan seterusnya
和你分享所有感觉
he ni fenxiang suoyou ganjue
Berbagi segala rasa bersamamu
你的爱 没有保留
ni de ai, meiyou baoliu
Cintamu, tanpa ragu
你的心 献给了我
ni de xin, xian gei le wo
Hatimu, kauberikan kepadaku
只要你在 我就有更多理想
zhi yao ni zai, wo jiu you gengduo lixiang
Dengan dirimu di sisiku, tercipta sejuta impian
与你同在 就好像拥抱天堂
yu ni tong zai, jiu hao xiang yongbao tiantang
Bersamamu, seolah langit dapat kuraih
亲爱的 我多么幸运
qin ai de, wo duome xingyun
Sayangku, betapa beruntungnya aku
人海中能够遇见你
renhai zhong nenggou yujian ni
Menemukan dirimu, satu di antara milyaran manusia
亲爱的 我多么盼望
qin ai de, wo duome panwang
Sayangku, betapa kuberharap
每一天在这里
mei yi tian zai zhe li
Setiap hari di sini
永远永远有家的感觉
yongyuan, yongyuan, you jia de ganjue
Selamanya, berlabuh di sini*
(*Artinya "Forever feels at home", gua ga tau gimana translate ke Indonesianya, hahaha)
PS : Kalo kalian suka dengan postingan yg satu ini, baca selengkapnya kisah gua dan Fen di Zhen Zhu Nai Cha dan Zhen Zhu Nai Cha : Revisited
Komentar
Posting Komentar