Langsung ke konten utama

Day 5 : Guilin, My New Home


Sebelum dateng ke Guilin, gua udah sering denger kisah tentang betapa indahnya tempat ini dari orang tua, saudara, maupun temen-temen Chinese gua. 桂林山水甲天下! (Pemandangan Guilin nomor satu di kaki langit!) Gua sering banget denger kalimat itu disebut. Tapi, apakah bener seindah itu? Gua agak bertanya-tanya...


Keraguan gua itu terhapus di hari pertama gua tiba di Guilin. Dari jendela pesawat, gua ga bisa liat dengan jelas karena kabut, tapi dalam perjalanan naik Taksi menuju ke universitas gua, pemandangan yg indah itu pun perlahan-lahan muncul di hadapan gua, bagaikan masuk ke dalam sebuah lukisan China kuno, bukit-bukit Karst yg indah pun menjulang dengan indah di sekeliling gua, berselang-seling dengan danau, sungai, dan juga bangunan.

Ya, sepanjang gua tinggal di China, gua udah seringkali liat pemandangan yg indah. Tapi baru kali ini, gua bisa hidup di tengah-tengah keindahan tersebut. Bandung, kampung halaman gua, adalah sebuah kota yg indah. Tapi untuk melihat keindahannya, kita harus pergi ke daerah Dago atau Lembang. Sementara kalo di Guilin ini, keindahan alam dan kotanya berasimilasi menjadi satu. Di tengah-tengah kota yg modern, kita bisa menemukan bukit-bukit Karst yg menjulang megah, sungai Lijiang yg airnya sangat jernih, dan juga aneka taman, danau, dan pagoda.

Pemandangan dari atap gedung sekolah
Alam dan kota jadi satu

Tapi setiap kali gua ngerasa jenuh, gua tinggal buka jendela dan pemandangan yg indah bagaikan lukisan China kuno pun dapat terlihat dari jendela. Kalo pengen hiking, tinggal naik bus kota, 10 menit juga udah sampe. Yup, gunungnya ada di tengah kota, jadi kita ga usah lama-lama ngabisin waktu di jalan. Tinggal pilih gunungnya (ada sekitar 12 taman nasional dan gunung yg bisa dikunjungi), dan pergi. Gunungnya juga ga gitu tinggi, jadi 1 jam juga udah bisa sampai ke puncaknya. Begitu sampai di puncak, kita bisa menikmati keindahan pemandangan Kota Guilin dari atas.

Kalo mau ke pusat kota, kita pasti melewati jembatan yg melintang di atas Sungai Lijiang dan pemandangan dari atas jembatan itu INDAH BANGET. Liat deh foto-fotonya di bawah ini.

Pemandangan sungai Lijiang dari atas jembatan

Sun & Moon Pagoda

Di kelas, gua jadi ketua kelas, dan gua belajar bareng orang-orang dari mancanegara : Thailand, Vietnam, Itali, Jerman, Denmark, dan lain sebagainya. Meskipun kuliah gua sibuk, tapi setiap harinya selalu terisi dengan hal-hal seru dan pengalaman-pengalaman menarik. Belajar masak Jiaozi (dumpling), belajar Taiji, kaligrafi, kerajinan tangan ala China, pokoknya gua seneng banget sama kehidupan gua yg sekarang.

Kamar gua

Meja belajar gua

Buku pelajaran gua

Pertokoan di bawah asrama gua

Salah satu ruang kelas tempat kita belajar

Tiada hari tanpa tawa di tempat yg indah ini =)

Laoshi dan temen-temen sekelas gua =)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang