"Anda tidak bisa menggambar...sepertinya Anda salah masuk jurusan" itu kata seorang dosen tua di kala beliau saat melihat gambar buatan gua di pertengahan semester 2 di 'mantan universitas' gua. Entah maksudnya mau menyemangati, atau memang beliau segitu kecewanya melihat gambar gua. Tapi kalimat berikutnya, lebih menyakitkan lagi.
"Saya tidak habis pikir bagaimana caranya Anda tidak bakat menggambar tapi bisa lolos ujian saringan masuk ke sini, mungkin untuk tahun2 berikutnya standardnya harus lebih ditingkatkan" kata beliau sebelum akhirnya melengos pergi.
Well, sejujurnya, emang dari awal gua ga ada niat untuk kuliah di tempat ini. Gua udah keterima di sebuah universitas swasta di kampung halaman gua, di jurusan yg gua inginkan. Tapi ternyata orang tua gua pengen gua iseng2 nyobain ikut ujian masuk ke universitas yg ternama ini. Siapa tau keterima, kata mereka, iseng2 berhadiah, no pressure. Eh ternyata ujiannya ga sesusah yg gua kira, plus ada ujian menggambar segala. Asik deh.
Dari kecil gua udah suka menggambar. Waktu SD sampai SMP, kalo ditanya cita2 gua apa, pasti gua dengan tanpa ragu menjawab "Komikus". Gambar gua ga bagus2 amat (cuma pernah menang juara gambar anak pas 17 Agustusan di sekolah), tapi gua menikmati yg namanya menggambar. Sayang, semenjak masuk SMA, seiring dengan pergolakan jaman (baca : pubertas), lama kelamaan gua mulai jarang menggambar, dan cita2 gua pun berubah seiring dengan perkembangan jaman.
Ditambah lagi gua masuk jurusan IPA, sekolahnya sibuk banget. Kepala udah pusing sama rumus, boro2 ada waktu ngegambar. Kalo ada waktu kosong, pengennya tidur, nelpon gebetan, atau buka "Friendster". Satu2nya kegiatan menggambar gua adalah menggambar struktur epidermis tumbuhan di buku catatan Biologi atau "menghias" foto2 para pahlawan di buku pelajaran Sejarah. Soal yg kedua, gua yakin bukan cuma gua seorang yg seneng nambahin kumis atau balon kata2 di samping foto2 para tokoh sejarah tersebut di kala bosen dengerin guru Sejarah cuap2, hehehe.
Anyway, gua ga pernah nganggap gambar gua bagus, masih banyak orang di sekitar gua yg gambarnya laksana karya fotografi. Tapi sekarang gua dibilang GA BISA GAMBAR, kata2 itu cukup menohok hati gua. Mungkin salah gua ga pernah serius menekuni bakat gua yg satu ini, tapi jujur gua pribadi ngerasa bahwa sistem pendidikan di universitas tersebut cukup "aneh".
Entah akibat ujian masuk yg terlampau susah sehingga mahasiswa2 yg lolos dari penyaringan tersebut dianggap udah terlalu JAGO, atau akibat satu kelas isinya 200 orang lebih sementara dosennya hanya satu-dua orang saja per mata kuliah, yg jelas gua sama sekali ga ngerasa "diajarin" selama kuliah di sini. Katanya ini pelajaran tingkat dasar, kita dituntut untuk bisa berkarya menggunakan aneka ragam media yg kebanyakan baru pertama kali gua pegang seumur hidup, dan kita dianggap udah bisa, disuruh belajar sendiri, dosen hanya nilai hasil akhirnya.
Tapi ya gua liat orang laen enjoy2 aja kuliah kayak gini. Gua pertama kali pegang kuas, megangnya aja masih salah, seperti orangutan pertama kali megang stick PS. Sementara orang2 di sekeliling gua udah sibuk menggambar dan hasil gambarnya? Ga usah ditanya. Gambar gua kayak gambar Picasso abis sakaw terus ketabrak truk manggis sampe nyebur ke got, sementara gambar mereka kayak bukan gambar, lebih mirip foto. Bingung deh. Mungkin memang bener kalo gua salah jurusan.
Karena satu dan lain hal akhirnya gua keluar dari tempat itu, kembali ke universitas swasta di kota gua. Gua masuk jurusan yg sama dengan jurusan gua di 'mantan universitas' gua, tapi cara pengajarannya bener2 berbeda 180 derajat. Kita belajar gambar dari dasar, dari cara megang pensil sampai cara menoreh garis di atas kertas. Dari bagaimana caranya megang kuas yg benar, mencampur warna, dan lain sebagainya. Meskipun kedengerannya simpel, tapi ternyata banyak hal2 yg ga akan kita ketahui kalo bukan dari pengalaman dosennya.
Dan sejak hari pertama di situ, gua merasa bahwa akhirnya gua menemukan tempat di mana seharusnya gua berada. Di universitas sebelumnya, gua dituntut untuk jadi luar biasa, untuk jadi segala bisa dan harus jadi yg terbaik, melebihi orang lain, dan semua itu harus bisa kita capai tanpa diajari. Di universitas ini, gua berkarya untuk belajar, belajar untuk mahir, dan mahir itu bukan untuk pembuktian atau berada di atas orang lain. Di sini gua menyadari bahwa kemajuan itu baru bisa dicapai apabila kita rendah hati dan mau belajar dari orang lain. Di sini gua belajar menikmati apa itu kreativitas, dan bahwa gambar itu bukan segalanya bagi seorang desainer.
Yup, siapa bilang kalo mau jadi desainer harus bisa menggambar sampe mirip foto? Gua sering menemukan banyak remaja yg kreatif, punya bakat, tapi ga berani masuk jurusan desain akibat ga pede sama kemampuan gambarnya. Nih, gua kasih tau beberapa hal penting :
1. Pada umumnya, pada saat masuk kuliah, semua orang juga belum bisa apa2. Tapi karena itu kan kita masuk kuliah? Untuk belajar, untuk mengerti, untuk jadi mahir. Kalo sebelum masuk kuliah udah ngerasa jago, ya buat apa kuliah?
2. Gambar bukan segalanya bagi seorang desainer. Kalo kalian mau jadi pelukis atau illustrator, ya memang butuh kemampuan menggambar yg tinggi. Tapi desain kan sebuah bidang yg luas. Selama kita punya kreativitas, media untuk berekspresi tuh ga terbatas pensil dan kuas. Fotografi misalnya, atau creative writing. Yg penting itu idenya, medianya bisa dieksplorasi nantinya.
Setelah kuliah 4 tahun di universitas yg sekarang, gambar gua ada peningkatan, tapi masih belum bisa mirip foto. Gua lebih kuat dalam hal ide dan konsep ketimbang segi artistik. Di saat Tugas Akhir, gua dapet topik yg mengharuskan gua menggambar dan mewarnai secara digital. And you know what? Gua ga takut. Sambil ngerjain TA, gua sambil belajar. Dan setelah melalui proses panjang dan perjuangan keras, TA gua pada akhirnya mendapat nilai A dan gua lulus kuliah dengan nilai yg memuaskan.
Board Game Bandung Lautan Api, karya TA gua |
Setiap orang pasti punya kelemahan, tapi kelemahan itu bisa kita atasi dengan kelebihan di dalam bidang lain. Yg penting, jangan menyerah sebelum berusaha. Orang yg ga berbakat menggambar kayak gua aja bisa jadi desainer, kenapa kalian tidak bisa menjadi yg kalian inginkan? Jangan menyerah mengejar impianmu kawan, sesulit apapun. Meskipun orang laen bilang bahwa itu tidak mungkin, tapi jangan percaya begitu saja. After all, ini hidup kita, bukan hidup mereka. Yg bakal ngejalanin semua itu diri kita sendiri, bukan mereka. Mereka ga bisa, bukan berarti kita juga ga bisa.
Dalam hidup kita akan selalu menemukan orang yg lebih mahir daripada kita, tapi jangan jadikan itu alasan untuk patah semangat. Jangan juga menganggap diri sendiri adalah orang yg paling mahir. hendaklah kita selalu rendah hati dan mau belajar. Arogansi hanya akan membuat kita terkurung di dalam kepuasan yg fana. Sementara yg namanya kesuksesan hanya akan datang apabila kita tidak cepat puas dan selalu punya hasrat untuk berkembang.
Segala sesuatu di dalam hidup itu butuh proses, dan selama ada niat, pasti ada jalan. Di dunia ini ada dua tipe orang : orang yg berbakat dan orang yg berbakat dalam kerja keras. Kalo lu ga bisa jadi yg pertama, jadilah yg kedua. Di saat hidup seolah2 tidak ada jalan keluar, itu tandanya kita harus gali sendiri jalan keluarnya, bukan lewat jalan yg udah disediakan. Hidup itu tidak selalu hitam atau putih. Di saat pilihan yg ada tidak sesuai dengan yg kita inginkan, kita dituntut untuk jadi kreatif. Warnai hidupmu dengan warnamu, bukan warna yg disediakan orang lain.
Sekarang setiap kali gua teringat kata2 si dosen tua tersebut, gua udah ga sakit hati lagi. Gua udah membuktikan ke diri gua sendiri bahwa kata2 itu TIDAK BENAR. Well, mungkin gua memang ga bakat menggambar, tapi akibat kerja keras, gua sekarang gua BISA menggambar.
The greatest pleasure in life is doing what people say you cannot do.
Komentar
Posting Komentar