Langsung ke konten utama

Pelajaran Hidup Dari Membina Pramuka



Sejak kecil, gua hobi nonton film silat. Bukan hanya karena gebuk-gebukannya seru, tapi juga karena film silat itu punya banyak pesan moralnya. Salah satu pesan moral yang gua tangkap dari film-film silat yang gua tonton adalah "Setiap perbuatan baik pasti akan dibalas dengan kebaikan, dan setiap perbuatan jahat pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal" Percaya ga percaya, prinsip inilah yang menjadi pegangan gua di masa-masa sekolah dulu.

Waktu SD, gua sering dibully, tapi gua jarang ngebales. Takut? Ada lah, tentunya. Tapi selain itu, gua juga percaya bahwa para bully itu suatu hari akan mendapat ganjaran yang setimpal atas perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan terhadap gua.

Selain itu, prinsip lain yang patut dicontoh dari para ksatria di film-film silat adalah...mereka bertanggung jawab dan berpegang teguh pada janji mereka. Kalau mereka udah janji mau melakukan sesuatu, sesulit apapun, pasti akan mereka lakukan sampai tuntas. Menurut gua, kalo seorang cowo bisa punya rasa tanggung jawab seperti ini, dia adalah cowo yang keren banget.

Sama seperti pendekar-pendekar di film silat, gua menemukan salah satu ujian terberat gua sewaktu SMA. Gua udah ikutan Pramuka dari SMP, dan sewaktu kelas 2 SMA, gua dan temen-temen seangkatan naik tingkat, dari Penggalang menjadi Penegak. Karena waktu itu pramuka di sekolah gua kekurangan pembina, angkatan gua yang baru jadi Penegak pun disuruh untuk ikutan membina.

Permulaannya, angkatan gua dan angkatan senior gua tuh membina bareng-bareng, tapi gak lama kemudian, senior gua pun lulus kuliah, dan mulai sibuk kerja. Jadilah angkatan gua membina sendirian. Gua dan 5 orang temen seangkatan gua pun bahu membahu untuk membina adik-adik kelas. Setelah lulus SMA, temen seangkatan gua ada yang kuliah ke luar negeri, ke luar kota, minggu demi minggu jumlahnya berkurang dan kurang lebih setahun kemudian, tinggallah gua seorang diri yang membina.

Awalnya, gua males banget membina. Gua bukan sosok yang cocok untuk jadi pemimpin. Gua ga tegas, ga punya wibawa, kalo ngomong di depan umum suka tergagap-gagap, dan gua ga ngerti apa-apa soal membina. Jaman gua membina bareng temen-temen seangkatan, gua adalah tipe yang bermain di belakang panggung. Gua seorang perencana, bukan eksekutor. Lah ini, gua ditinggalin sendiri? Gimana donk?

Gua pengen kabur. Well, sewaktu angkatan adik kelas gua naik jadi Penegak, gua melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan angkatan senior gua terhadap angkatan gua : gua kabur dan melimpahkan semua "beban" membina itu ke angkatan di bawah gua.


Suasana latihan Pramuka


Gua sempet non-aktif selama kurang lebih setahun, tapi selama setahun itu, gua ga pernah merasa damai. Setiap hari Sabtu tiba, gua selalu kepikiran soal anak-anak Pramuka yang gua tinggalin. Mereka apa kabar ya? Hari ini latihannya ngapain ya? Dan akhirnya, waktu gua balik lagi ke Pramuka, gua kaget. Anak didik yang tadinya jumlahnya dua puluh orang, sekarang sisa EMPAT ORANG. Anjrit. Empat orang. Latihannya mau ngapain coba? Mau maen basket aja kurang?

Dan angkatan adik kelas gua yang masih membina pun hanya tersisa satu-dua orang saja. Sisanya ga tau ke mana. Gua merasa bersalah banget. Anak-anak didik yang angkatan senior titipkan ke gua, sekarang cuma sisa segini? Gimana donk?

Dan sejak hari itu, gua kembali aktif membina bersama satu dua orang yang tersisa dari angkatan adik kelas gua dan beberapa kakak senior yang masih peduli. Gua memang gak tahu caranya membina, tapi saat itu gua bertekad bahwa gua mau belajar. Gua banyak baca buku tentang komunikasi dan leadership. Gua yang tadinya gak bisa bicara di depan umum, sekarang malah enjoy kalo disuruh ngomong di depan umum. Gua ikut kuliah-kuliah umum tentang pendidikan dan psikologi anak di kampus. Gua baca buku-buku tentang kepanduannya karya Lord Baden Powell dan juga silabus-silabus pendidikan kepramukaan di luar negeri. Meskipun ga 100% ngerti, tapi gua dapet banyak banget ide dan game untuk membina.

Kata siapa Pramuka itu membosankan dan ketinggalan jaman? Kalau jaman itu kalian ikut latihan di pangkalan gua, kalian pasti akan setuju bahwa pernyataan itu salah. Orang-orang tuh mikirnya bahwa yang namanya Pramuka itu kerjaannya cuma baris-berbaris dan simpul-menyimpul, padahal tidak begitu.

Gua bersama dengan para pembina muda lain waktu itu mempunyai sebuah prinsip utama : belajar itu adalah proses yang menyenangkan. Karena itu, kita banyak memutar otak untuk mencari cara supaya anak-anak didik dapat lebih menikmati proses belajar di gugus depan kita. Daripada ngasih mereka banyak teori, kita lebih memilih untuk mengajak mereka learning by doing. Permainan-permainan tradisional Pramuka kita kemas ulang menggunakan tema yang lagi populer saat itu.

Perang air sekaligus belajar sandi dengan tema Counter Strike? Permainan rebut tongkat dan cabut nyawa yang dikemas dengan tema DOTA? Liga Hoki dengan tema Harry Potter? Memeriahkan Hari Kasih Sayang sambil belajar bikin coklat dan berdansa Cha-Cha? Pokoknya games-games yang kita mainkan waktu itu ga kalah seru sama games-gamesnya Running Man atau Family Outing. Kata siapa anak Pramuka itu bisanya cuma baris-berbaris?

Berikut adalah sedikit contoh media bekas acara-acara yang pernah kita buat selama membina dulu :
Poster acara latihan Pramuka

Games detektif ala anak Pramuka

Liga hoki dengan tema War of The Gods
Liga Hoki dengan tema Harry Potter

Fandel kekinian
Kostum Halloween ala anak Pramuka...coba tebak gua yang mana?

Membina Pramuka yang awalnya terasa seperti beban, kini mulai jadi sebuah hobi. FYI, membina pramuka tuh sukarela lho, ga dibayar. Malah lebih seringnya gua yang nombokin untuk fotokopi, ngeprint, atau beli barang-barang untuk games. Tapi anehnya, kalo hari Sabtu ga membina, rasanya tuh kayak ada yang kurang. Seolah-olah hari Sabtu tuh rasanya ga lengkap tanpa membina Pramuka.

Sementara anak-anak seumur gua kalo weekend asik mejeng di mall, gua asik hujan-hujanan atau guling-guling di lapangan lumpur. Sementara temen kuliah gua malem minggu pada ngedate, gua lagi nemenin anak-anak Persami di Lembang. Gua juga masih sering hangout sama temen-temen gua kok. Maen Dota ke warnet, nonton ke bioskop dll...tapi malemnya, setelah gua beres membina Pramuka.

Kemping di Pantai Pamengpeuk


Tapi seperti sama halnya jalan cerita film silat, hidup ini selalu ada plot twistnya. Tahun 2010, ekonomi keluarga gua ngedrop. Pabrik bokap bangkrut, bisnis mama gua rugi ratusan juta gara-gara ditipu sama temen sendiri, rumah gua pun terancam disita sama bank. Pokoknya saat itu bener-bener titik terendah di hidup gua.

Saat itu gua mulai meragukan prinsip "Setiap perbuatan baik pasti akan dibalas dengan kebaikan, dan setiap perbuatan jahat pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal" yang selalu pegang itu. Mama Papa gua tuh orangnya baik banget, mereka sering bantuin orang, ga itungan kalo sama temen, kok ujung-ujungnya malah dirugikan sama temen sendiri sih? Atau jangan-jangan, Tuhan itu buta, gak bisa bedain mana orang yang baik dan mana orang yang jahat? 

Di dunia banyak orang yang baik yang hidupnya menderita dan umurnya pendek. Sementara orang-orang yang seumur hidupnya banyak berbuat keburukan, koruptor misalnya, pengusaha yang suka tipu-tipu misalnya, malah kaya raya dan hidup damai sentosa sampai tua. Gak adil banget kan ya? Waktu itu gua sempet marah besar sama Tuhan.

Karena keterbatasan ekonomi, gua mulai rajin cari kerja part time. Gua magang di beberapa perusahaan desain, untuk cari uang tambahan demi kebutuhan sehari-hari. Temen-temen gua waktu itu ga ada yang tau karena gua memang gak cerita ke siapa-siapa. Gua masih suka hangout sama temen-temen gua, tapi frekuensinya dikurangin. Gua ga pernah minta dikasihanin atau minta mereka bayarin gua makan, nggak. Mama gua selalu pesen sama gua : "Ga punya uang, bukan masalah, uang masih bisa dicari. Tapi mental kita ga boleh kayak orang miskin. Ga boleh mengemis-ngemis dan minta dikasihani. "

Waktu itu gua sempet kepikiran mau berhenti membina pramuka, dan magang di perusahaan setiap hari Sabtu. Tapi selain gua ga tega ninggalin anak-anak didik gua, gua juga udah janji sama diri sendiri untuk terus membina supaya pangkalan Pramuka gua bisa kembali jaya dan minimal jumlah anak didiknya bisa sama atau bahkan lebih banyak daripada yang dipercayakan oleh angkatan senior ke angkatan gua.

Dan di sinilah ketahanan mental gua diuji. Singkat cerita, pada akhirnya, gua memilih untuk tidak mengorbankan yang mana pun. Jadi, kuliah jalan, kerja jalan, membina juga jalan. Dan percaya gak percaya, meskipun tidak secara langsung, Tuhan membukakan jalan bagi keluarga gua. 

Mama gua, meskipun hutangnya ratusan juta, dan orang-orang yang ngutang ke mama gua tetep gak bayar, tapi dalam hidupnya mama gua selalu ketemu sama orang baik yang mau nolongin dia, minjemin uang, atau ngasih kerjaan. Papa gua juga meskipun penghasilannya pas-pasan, tapi somehow keluarga gua masih bisa hidup, masih cukup untuk bayarin uang kuliah gua dan adik gua.

Dan gua masih bisa terus membina, dan berakhir waktu gua dapet beasiswa kuliah ke China di tahun 2012.

Waktu itu jumlah anak didiknya sekitar 20 orang, kurang lebih sama dengan jumlah yang senior gua tinggalkan ke angkatan gua. Gua cukup puas, target gua tercapai, dan gua pergi setelah gua memastikan bahwa gua punya penerus-penerus yang punya visi dan kecintaan sama terhadap Pramuka, sama seperti gua.

Hari terakhir gua membina...


Tahun 2016 lalu, setelah lulus S2 di China, gua pulang ke Bandung. Waktu gua lagi di Bandung, gua sempet ketemu dengan salah seorang kakak senior yang pernah membina gua dulu. Gua cerita ke dia bahwa gara-gara membina pramuka, gua ketagihan jadi seorang pengajar, dan gua mau kerja jadi pengajar di universitas di China.

Dia senyum, lalu nanya ke gua : "Jadi, pelajaran hidup apa yang kamu pelajari dari membina Pramuka?"

Gua jawab : "Banyak banget ilmu hidup yang saya pelajari sewaktu jadi pembina. Tapi, kalo boleh dirangkum dalam satu kalimat, selama membina saya belajar untuk jadi Selfless, belajar untuk melakukan sesuatu bagi orang lain dengan tulus dan tidak mengharapkan imbalan apapun. And it feels good."

Selama membina Pramuka, gua ga pernah dibayar. Sampe waktu beberapa anak didik gua pergi Jambore ke luar negeri pun, gua gak ikut pergi. Dan gua gak sirik karenanya. Karena dari membina Pramuka, gua belajar banyak soft skill dan pelajaran hidup berharga yang tidak bisa dinilai dengan uang. Dan semangat mengajar itu tidak pernah hilang. Sekarang di China pun, gua mengajar dengan jiwa dan semangat yang sama dengan sewaktu gua membina Pramuka dulu.


Nemenin Nanas dan Wisnu ikut lomba baca puisi


"Setiap perbuatan baik pasti akan dibalas dengan kebaikan, dan setiap perbuatan jahat pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal" Sampai sekarang gua masih gak bisa bilang apakah kalimat itu benar atau tidak. Apakah yang namanya karma itu ada atau tidak, gua juga gak tahu. Tapi satu hal yang gua tau : berbuat baik itu tidak ada ruginya. 

Berbuat baiklah bagi orang lain, bukan karena ingin mendapat balasan, tapi karena kita memang tulus ingin melakukannya. Meskipun orang lain menjahati kita, sebisa mungkin jangan membalas keburukannya dengan keburukan. Kenapa? Karena setelah berbuat buruk, hati kita terasa tidak damai. Sementara kalo kita berbuat baik, setidaknya kita merasa damai.

Berbuat baiklah bagi orang lain, bukan karena ingin dipuji, tetapi karena berbuat baik itu rasanya menyenangkan. Lakukanlah segala sesuatunya dengan tulus, bekerja keras lah dan jangan pernah menyerah dalam keadaan sesulit apapun.

Dan percayalah, bahwa Tuhan itu nggak buta =)



Tambahan Info
Di Nanning (provinsi Guangxi, Tiongkok) lagi ada universitas yang ngasih promo harga murah untuk orang Indonesia yang mau belajar Mandarin lho. Universitasnya juga lumayan terkenal, ranking 70 dari 2500 universitas di seluruh China. Kalo ada yang tertarik untuk kuliah S1/S2/S3 atau belajar Bahasa Mandarin ke China, bisa kontak gua di keppi_kun@yahoo.com atau +8618269000643 (Whatsapp)


Pendaftaran ditutup tanggal 1 July 2017. Kuota terbatas. Serius only.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang