Langsung ke konten utama

Akhir Dari Sebuah Penantian


Akhir-akhir ini gua capek banget, hampir tiap hari gua baru tidur menjelang matahari terbit. Sibuk ngapain? Well, buat temen-temen yang punya cita-cita pengen jadi guru, gua mau kasih tau satu rahasia nih : Mengajar adalah bagian yang paling menyenangkan dari profesi sebagai guru, sementara bagian yang paling menyebalkan dan melelahkan adalah ngurusin administrasi. 

Seriusan.

Sekarang di China kan lagi menjelang masa ujian akhir semester nih. Ternyata selain sibuk mempersiapkan rekaman suara dan berkas-berkas untuk ujian, gua juga disibukkan oleh aneka ragam berkas administrasi yang harus diisi. Berkas-berkas apa saja? Well, aneka ragam berkas berkaitan dengan laporan, kurikulum, silabus, lesson plan, evaluasi, analisa prestasi, dan lain sebagainya. Capenya sampe kepala ini rasanya mau meledak. Ditambah lagi, selaen ngajar, gua masih ada sedikit proyek sampingan yang juga butuh dikerjain.

Hari ini bisa dibilang adalah hari paling capek di awal tahun baru ini. Gua harus bangun jam 6 karena jam 7 pagi gua harus ke kantor administrasi ngurusin berkas-berkas untuk rapat dengan KJRI nanti. Ya, hari ini ada kunjungan dari Konsul Jendral Republik Indonesia ke kampus gua dan gua disuruh jadi penerjemah. Dan gilanya, gua baru dikasih tau soal kunjungan ini tadi malem.

Selesai ngurusin berkas-berkas, sekitar jam setengah 9an gua tergopoh-gopoh ke kantor kepala fakultas untuk ngambil berkas ujian plus tergopoh-gopoh ke ruang ujian dan ngecek peralatan multimedia karena salah satu mata pelajaran yang gua ajar ada UAS jam 9 nya. Jam 9 ngawas ujian ampe jam 10 kurang, kemudian gua harus jadi penerjemah untuk rapat antara KJRI dan pihak kampus.

Foto bersama rektor, dekan, Ibu Konjen Ratu S. Gayatri dan Pak Herbhayu dari KJRI Guangzhou


Beres rapat jam setengah 12, mendadak hujan besar. Kalian mungkin gak tahu, betapa menyebalkan  rasanya saat hujan mengguyur di musim dingin. Selain basah, dinginnya menusuk pula. Paket masuk angin plus plus. Sampe di kantin, gua makan siang dengan terburu-buru karena gua masih harus beliin makanan buat temen-temen gua, dosen Thailand. Mereka saking sibuknya ujiannya sampe ga ada waktu istirahat dan makan.

Kenapa bisa begitu? Karena hari ini mereka ngawas ujian speaking, dan murid jurusan Thailand satu angkatan ada 300 orang. Menguji satu orang butuh waktu kira-kira 2 menit, nah kalo orangnya ada 300? Paling tidak butuh 600 menit...aka 10 jam. Gila kan? Dalam hal ini gua memang bisa dibilang beruntung, karena murid jurusan Indonesia, satu angkatan cuma sekitar 20 orang. Kalo 3 mata pelajaran yang gua pegang ujian, totalnya gua cuma meriksa sekitar 60 berkas ujian. Bayangin kalo satu angkatan ada 300 orang, terus masih harus dikali sama jumlah mata pelajaran yang mereka ajar? Itu pupil mata bisa copot kayaknya hahaha.

Murid-murid gua, jurusan Bahasa Indonesia


Beres beli dan nganter makanan, gua liat waktu udah menunjukkan jam setengah 2 siang. Jam setengah 3 gua harus ngawas ujian babak kedua, dan kantor ketua jurusan baru buka jam 2 siang. Ada setengah jam nih, lumayan. Gua duduk di meja gua di kantor guru dan meremin mata.

Rasanya baru merem beberapa detik, tapi kemudian alarm gua bunyi. Udah jam 2. Saatnya ngambil berkas ujian, ngecek ruang ujian, dan kemudian gua pun ngawas ujian dua shift sampe jam setengah 5. Seberes ngawas ujian, dengan langkah gontai gua pun berjalan pulang menuju ke apartemen gua. Di tengah jalan, tiba-tiba gua dapet sms. Pas gua buka, ternyata sms dari kantor pusat dan isinya adalah satu kalimat yang bikin gua bahagia setengah mati.

"Pak Keven, gaji sudah boleh diambil"

Setengah berlari, gua pun bergegas menuju kantor pusat. Celana dan sepatu gua basah kecipratan air hujan dan genangan air, tapi gua ga peduli. Pas sampai di kantor untuk ngambil gaji, suasananya udah sepi banget. Ga aneh sih, karena sebentar lagi kantornya juga udah mau tutup. Pas gua sampe ke loket bagian keuangan, gua disodorin sebuah tanda bukti untuk ditandatangani. Pas gua liat angka yang tertera di sana, jantung gua berdegup kencang. Gile, ternyata jumlahnya lumayan juga, hahaha. Gua ga akan pamer nominalnya di sini, tapi ya ada sekitar dua-tiga kali lipat dari jumlah yang pernah ditawarkan ke gua saat gua ditawarin kerja jadi guru di Indonesia. Belom setara sama gajinya temen-temen gua yang sekarang posisinya udah tinggi di kantor, tapi lumayan banget.

FYI, gua udah sebulan terakhir ini hidup super hemat ala mahasiswa. Kenapa? Penyebabnya adalah karena bulan lalu gaji gua belum bisa ditarik akibat visa kerja gua masih dalam proses di kantor imigrasi. Akibatnya, satu bulan terakhir, gua bertahan hidup hanya dengan uang beberapa ratus RMB di kantong gua. Miris banget ya? Tapi akhirnya semua pengorbanan gua terbayar, karena hari ini akhirnya gua dapet gaji tetap pertama gua sebagai lulusan S2, hahaha.

Pas gua sodorin tanda terima yang udah gua tanda tangan, tiba-tiba sekretaris di loketnya bilang gini
"Pak, ini ada dua lembar. Lembar bagian belakangnya juga harus ditandatangani."

HAH? Gua kaget. DUA LEMBAR? Jadi jumlah yang tadi itu...baru setengahnya???
Ternyata, karena sudah mendekati liburan akhir semester, jadi kampus memutuskan untuk ngasih gua gaji dua bulan sekaligus...plus bonus.

Hanya ilustrasi


Beberapa menit kemudian, gua duduk termenung di dekat loket yang tadi, dengan segepok uang kertas pink 100 RMB di tangan gua. Iya, dibayarnya pake tunai. Gila kan? Anjir. Seumur hidup, gua belom pernah megang uang sebanyak ini. Jumlahnya bahkan lebih banyak daripada waktu gua bantuin adik gua bayar uang muka kuliah dulu. Ini uang di tangan gua...kayaknya dibeliin Macbook Pro juga masih sisa banyak. Air mata pun gak terbendung lagi, dan gua nangis.

Iye, gua nangis.
Nangis karena bahagia.
Nangis karena seneng banget.

Kenapa gua seneng banget?
Bukan karena punya uang banyak, bukan. 

Kalo ada hal yang bisa gua pelajari dari perjalanan hidup ortu gua yang bisnisnya jatuh bangun adalah...bahwa uang itu bukan sesuatu yang layak dijadikan pegangan hidup. Gak ada yang abadi di dunia ini, apalagi sesuatu yang sifatnya fana dan sementara seperti uang. Uang ratusan juta pun bisa hilang dalam hitungan detik...kalo saham yang lu beli anjlok, misalnya. Jadi ya, hari ini gua nangis bukan karena uang, bukan.

Gua nangis karena bahagia...dan gua bahagia karena...akhirnya usaha gua berbuah manis.

Jaman sekarang, mencari kerja itu gak gampang, apalagi mencari pekerjaan yang mampu memberikan kita timbal-balik yang layak, timbal-balik yang sebanding dengan ketrampilan yang kita miliki. Berapa banyak orang pintar orang pintar di dunia ini yang hidup melarat karena terjebak dengan pekerjaan yang bayarannya gak setimpal? Kalo kalian baca perjalanan gua mencari kerja di blog ini, gua pun HAMPIR menjadi salah satunya. Untungnya nggak. Untungnya, 4 bulan yang tahun lalu gua habiskan terlunta-lunta sebagai lulusan S2 pengangguran pun tuh gak sia-sia.

Hari ini, semua usaha gua itu terbayar.

Usaha yang gua maksud di sini bukan ngomongin soal pekerjaan gua selama 2 bulan terakhir di China, bukan.
Usaha yang gua maksud adalah...perjuangan gua dari dulu sampai sekarang. Perjuangan dari masa sekolah, kuliah S1, kuliah S2, dll...semua hal yang gua lakuin selama 29 tahun terakhir, yang ujung-ujungnya menyebabkan adanya hari ini, hari di mana akhirnya ilmu dan ketrampilan yang gua miliki bisa menghasilkan, bisa dihargai dengan layak. 

Jalan hidup yang gua ambil bukanlah jalan hidup yang mudah. Belajar Mandarin itu gak gampang, ditambah lagi banyak halangan dan rintangannya, dan bisa dibilang, gara-gara S2, gua pun mulai kerjanya 5-6 tahun lebih terlambat daripada teman-teman sebaya gua. Tapi hari ini gua semakin yakin, bahwa jalan hidup yang gua pilih ini gak salah. Semua pengorbanan dan kegigihan gua selama 29 tahun ini, dari jaman sekolah sampe bisa lulus S2, itulah yang menyebabkan hari ini ada. Ada kalanya gua ingin menyerah, ada kalanya gua berpikir untuk mengambil pilihan yang berbeda, tapi andai itu terjadi, mungkin gak akan ada hari ini.

Jadi yang penting bukan jumlah uangnya berapa, tetapi hari ini bisa dibilang adalah langkah pertama gua menjadi seorang laki-laki dewasa yang mampu hidup mandiri dan mampu menghidupi diri sendiri. Hari ini gua bisa membuktikan kepada diri gua sendiri, bahwa pilihan hidup yang gua jalani selama ini tuh gak salah.

Dan hari ini, penantian gua selama bertahun-tahun pun berakhir.
Hari ini, akhirnya gua bisa punya muka untuk bilang ke orang tua yang telah membesarkan dan menghidupi gua selama 29 tahun ini :

"Pa, Ma, perjuangan kalian gak sia-sia. Sekarang aku sudah mampu hidup mandiri"




Langkah pertama menjadi dewasa, sudah tercapai.

Langkah berikutnya?

Menabung menuju pelaminan!


Sekedar Info
Di Nanning (provinsi Guangxi, Tiongkok) lagi ada universitas yang ngasih promo harga khusus untuk orang Indonesia lho. Universitasnya juga lumayan terkenal, ranking 70 dari 2500 universitas di seluruh China. Kalo ada yang tertarik untuk kuliah S1/S2/S3 atau belajar Bahasa Mandarin ke China, bisa kontak gua di keppi_kun@yahoo.com atau +8618269000643 (Whatsapp)

Pendaftaran ditutup tanggal 1 July 2017. Kuota terbatas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang