Langsung ke konten utama

Murid Bertanya, Gue Menjawab



Sewaktu gua baru mulai kuliah di China dulu, gua sering digempur oleh pertanyaan seputar China oleh temen-temen gua. Misalnya...

 "Ven, cewe di sana cantik-cantik ga? Cantikan mana sama cici-cici cantik yang biasa nongkrong di mall Bandung?" 
Jawab : Sama cantiknya, tapi di sini jumlah cici-cici cantiknya lebih banyak hohoho...

"Gimana rasanya hidup di negara komunis? Serem ga?"
Jawab : Biasa aja, yang serem cuma toiletnya doank wkwk...

"Salju rasanya apa Ven? Manis? Asem? Asin?"
Jawab : Manis, kalo ditambahin susu kental manis. Asem, kalo lu djilat salju yang ada di ketiak orang. Asin, kalo udah kecampur sama ingus...

Sekarang setelah menjadi dosen di China pun, gak jauh beda. Bedanya, sekarang gua digempur oleh pertanyaan-pertanyaan seputar Indonesia oleh murid-murid gua. Oh FYI, buat yang gak tahu, sekarang gua jadi dosen Bahasa Indonesia di Fakultas Bahasa Asia Tenggara di Nanning, China. Murid-murid gua semuanya orang China yang belajar Bahasa Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan menarik yang pernah murid-murid tanyakan ke gua.

1. Orang Indonesia beneran cebok pake tangan? Gak jijik?
Jadi, murid-murid gua pernah baca di salah satu buku pelajaran mereka bahwa orang Indonesia kalau bersalaman dll harus menggunakan tangan kanan. Menggunakan tangan kiri dianggap tidak sopan karena tangan kiri sering dipake untuk cebok. Begitu dikasih dosen orang Indonesia lokal, mereka langsung nanyain hal ini ke gua.

Buat yang gak tau, orang China tuh mirip sama orang bule, mereka kalo cebok tuh pake tissue. Sementara kalo orang Asia Tenggara kebanyakan ceboknya tuh pakai tangan dan air. Jadi kalian jangan aneh kalo suatu hari ke China atau ke negara-negara Barat, terus kalian menemukan bahwa toiletnya tidak menyediakan keran, ember, dan gayung. Toilet mereka tuh "toilet kering" disebutnya, cuma disediakan tisu dan tempat sampah saja, jadi jangan harap kalian bisa numpang mandi atau cuci kaki di toilet umum kayak di Indonesia ya wkwkwk.

Sewaktu gua bercerita soal kebiasaan cebok di Indonesia, murid-murid gua langsung meringis jijik gitu. Menurut mereka, megang tai sendiri pake tangan itu rasanya gimanaaa gitu. Padahal asal kalian tahu, toilet-toilet di China tuh joroknya berkali-kali lipat daripada toilet di Indonesia. Tidak hanya baunya bisa tercium dari jarak 2-3 meter, kadang-kadang kalian masih bisa menemukan "lele kuning" yang mengambang atau menumpuk di toiletnya, hiii~

Pernah suatu kali, waktu gua membagikan fotokopian, gua pernah kelupaan dan ngasih kertasnya pake tangan kiri. Murid-murid gua, setengah bercanda, langsung meringis jijik gitu waktu mau nerima kertas dari gua. Maksudnya mereka, iihhhh, itu kan tangan yang sering dipake Pak Keven untuk cebok. Mereka gak tau aja, bahwa gua tuh sebenernya kidal. Walaupun gua bisa nulis pake tangan kanan, tapi untuk beberapa hal, fungsi tangan gua tuh terbalik dengan orang pada umumnya. Dan kalo cebok? Biasa gua cebok pake tangan kanan wkwkwk...




2. Orang Indonesia suka makan pake tangan?
Yang dimaksud "pake tangan" di sini adalah makan pake tangan kosong, tanpa alat apapun. Meskipun kesannya barbar, tapi sebagai orang Indonesia tulen (ciehhh), untuk beberapa jenis masakan, misalnya masakan Sunda dan KFC, rasanya kurang afdol gitu kalo makan ga pake tangan. Tidak ada yang menandingi sensasi mengobok-obok ayam, nasi, dan sambel menjadi satu sebelum ditelan bulat-bulat. Tidak lupa, setelah makan, jarinya dikenyot satu persatu hingga bersih. Hmmmm, nikmat. Jangan ngaku orang Indonesia kalau kalian tidak setuju sama gua wkwkwk.


Dan hal ini membuat murid-murid gua kembali meringis jijik. Ihhh, tangannya udah dipake cebok, dipake makan pula, kata mereka. Dalam hal ini, gua langsung membantah bahwa at least di Indonesia kita punya kebiasaan cuci tangan sebelum makan. Di China, karena mereka makannya pake sumpit, jadi kebanyakan restoran tidak menyediakan tempat cuci tangan bagi tamu-tamunya. Jadi mereka sebelum dan sesudah makan tuh tidak cuci tangan. Sedangkan orang Indonesia, mau makannya pake tangan atau pake sendok garpu, tetap suka cuci tangan. Jadi ya, dalam hal ini, gua tetap bersikukuh bilang bahwa kebiasaan makan kita Indonesia tuh lebih higienis hehehe.

Di China sini pun sebenarnya ada beberapa masakan yang harus dimakan pakai tangan, misalnya Pizza dan Ribs. Tapi biasanya, restorannya akan menyediakan sarung tangan plastik untuk kita. Jadi meskipun makan pake tangan, kita ga perlu mengotori tangan sendiri. Tapi menurut gua, rasanya gak seenak dibandingkan kalo kita skin to skin, tanpa sarung tangan wkwkwk. Suatu hari, gua pengen banget ajak murid-murid gua makan masakan Sunda dan suruh mereka merasakan sendiri bagaimana nikmatnya sensasi makan pakai tangan. Dan gua juga penasaran, ada berapa orang dari mereka yang meminum air kobokan karena menyangka bahwa itu adalah infused water wakakakaka.




3. Agama itu apa?
Oke, mungkin ini adalah salah satu pertanyaan yang paling sulit dijawab bagi gua. Murid-murid gua kan pada rajin ngikutin berita soal Indonesia, dan setelah membaca berita-berita soal Indonesia beberapa bulan terakhir, mereka jadi bertanya sama gua
"Pak, agama itu apaan sih? Kenapa orang sampai bisa berantem, saling membunuh dan menyakiti gara-gara agama?"

Oke, mungkin ada satu hal yang perlu gua tegaskan di sini. Sebagian besar orang China itu TIDAK PUNYA AGAMA. Mereka mengenal konsep Ketuhanan. Mereka mengenal yang namanya Karma. Mereka mengenal yang namanya adat istiadat dan kepercayaan. Mereka percaya akan dewa-dewi, roh baik dan roh jahat. Mereka menyembah langit dan leluhur. Mereka percaya karma. Mereka sering berdoa dan sembahyang. Tapi mereka tidak mengenal konsep "agama"

Jadi maksud lu apa, Ven? Gua jadi bingung.
Jadi gini, kalo di Indonesia tuh kita diharuskan memilih untuk memeluk salah satu agama. Misalnya, kalo gua Katolik, gua harus menyembah Tuhan Yesus, pergi ke gereja, dan berdoa dengan tata cara Kristiani. Kalo gua Muslim, gua menyembah Allah SWT, pergi ke masjid, dan berdoa mengikuti tata cara sholat lima waktu.

Orang China tidak seperti itu. Mereka suka baca filosofi-filosofi Buddha, Taoisme, dan Konghucu, tapi mereka tidak menganggap yang mereka yang mereka pelajari itu sebagai ajaran agama, melainkan sebagai pedoman hidup, bagaimana caranya menjadi orang yang baik. Terus kalo hari ini gua mau berdoa ke Kelenteng, terus besoknya gua mau ke Vihara, terus besoknya gua mau ke Kuil Tao, ya bebas-bebas aja, gak ada larangan atau keharusan untuk mengikuti salah satu saja. Bisa aja misalnya, hari Senin gua mau bakar dupa di Vihara supaya papa mama gua sehat, terus hari Selasanya gua pergi berdoa ke Kelenteng supaya anak gua ujiannya sukses. Dan di China, sebenarnya kebebasan memeluk agama dan beribadah kita dijamin oleh pemerintah, selama ibadah dan kegiatan keagamaan kita tidak menganggu kepentingan umum.

Jadi, kalian ngerti kan apa bedanya? Jadi stereotype bahwa orang-orang di negara yang menganut paham komunis/sosialis tidak mengenal Tuhan itu SALAH. Mereka sebenarnya menyembah Tuhan, mempercayai ajaran-ajaran dari agama atau aliran kepercayaan tertentu, hanya saja manusianya tidak dilabeli dan dikotak-kotakkan seperti yang terjadi di Indonesia. Buat mereka, ajaran-ajaran agama itu sifatnya universal, boleh dipelajari, ditafsirkan, dan diterapkan oleh semua orang, tidak eksklusif. Jadi logikanya, ajaran agama tuh sama aja sifatnya kayak kalimat-kalimat motivasi yang sering kalian temukan di Internet. Kalian percaya dan mau melakukan, syukur. Gak percaya juga gak apa-apa, gak usah diberatin.



Kembali ke soal pertanyaan murid-murid gua. Kenapa orang bisa sampai berantem, saling membunuh dan menyakiti gara-gara agama? Gua bilang ke mereka dengan diplomatis, bahwa di Indonesia, seperti di negara-negara beragama lainnya, ada sekelompok orang yang menganggap bahwa kepercayaan mereka adalah yang paling benar. 

Misalnya, ada sekelompok orang yang menganggap bahwa sarapan pagi itu seharusnya makan bubur. Sampai sini sebenernya sah-sah aja, gak masalah. Yang jadi masalah adalah ketika mereka mulai berpikir bahwa orang yang sarapannya tidak makan bubur itu SALAH, bahkan sampai memusuhi dan menyakiti orang-orang yang sarapan paginya tidak makan bubur. Padahal seharusnya menentukan pagi-pagi mau makan apa itu adalah hak setiap orang. Mau makan nasi kuning kek, mau makan roti kek, bebas donk? Kenapa harus dipaksa makan bubur? Kenapa harus dimusuhi hanya karena gak makan bubur?

Dan sialnya kini di Indonesia, ada segelintir orang-orang yang menganut paham "BUBUR-ISME" ini yang membawa sentimen pribadi mereka ke ranah kenegaraan. Mereka gak terima kalau pemimpin mereka adalah orang yang sarapan paginya bukan makan bubur. Mereka takut bahwa nanti kebebasan mereka untuk makan bubur setiap pagi ini diganggu dan dihalang-halangi. 

Murid-murid gua bengong mendengar penjelasan gua. Bukannya karena gak ngerti, tapi karena bingung, hanya urusan kepercayaan pribadi saja kok bisa sampe segini rumitnya? Ada seorang murid, salah satu yang paling cerdas dan lancar Bahasa Indonesianya, yang akhirnya angkat bicara.
"Kok mereka bisa semena-mena itu, Pak? Memangnya, mereka pikir negara ini adalah milik mereka sendiri?"

Itulah masalahnya. Gua rasa akhir-akhir ini banyak di antara kita, rakyat Indonesia, yang lupa bahwa negara Indonesia ini bukan milik mereka pribadi. Bangsa kita adalah bangsa yang plural dan majemuk, bangsa yang terdiri dari aneka ragam ras dan budaya. Indonesia gak akan bisa maju kalo rakyatnya tidak kompak dan bersatu. Dan rakyat Indonesia gak akan pernah bisa bersatu, selama masih ada orang atau golongan yang merasa diri sendiri paling benar atau ingin main hakim sendiri. 

Negara ini bisa terbentuk atas perjuangan dan tumpah darah rakyat dari Sabang sampai Merauke, bukan hanya karena usaha dari satu golongan semata. Kita punya kesepakatan bersama dalam hal bernegara. Kita punya undang-undang, kita punya konstitusi. Jangan campur adukkan ajaran agama dan sentimen pribadimu ke dalam urusan kenegaraan, jangan kau jadikan iman dan kepercayaanmu sebagai alat politik.

Bayangkan kalo kalian setiap hari cuma bisa makan satu jenis masakan. Nasi uduk misalnya. Tidak peduli seberapa enaknya nasi uduk, tapi kalo setiap hari kita makan nasi uduk sehari tiga kali, sebentar juga pasti bosen. Betapa enaknya kalo setiap hari kita makan masakan yang berbeda-beda. Pagi makan nasi kuning, siang makan gurame pesmol, sore ngemil es kelapa muda, malem makan kupat tahu. Enak kan? Apalagi kalo setiap hari bisa makan dengan set menu yang berbeda-beda.

Begitu juga dengan Indonesia. 
Perbedaan bukanlah suatu penghalang untuk maju, keanekaragaman justru adalah aset nasional kita yang harus kita manfaatkan supaya Indonesia bisa maju dan seluruh rakyatnya hidup dengan aman dan sejahtera.



Sekian postingan singkat kali ini. Laen kali, gua akan lebih banyak cerita mengenai bagaimana rasanya menjadi guru Bahasa Indonesia di China. Tongkrongin terus Emotional Flutter ya =)



Sekedar Info
Di Nanning (provinsi Guangxi, Tiongkok) lagi ada universitas yang ngasih promo harga khusus untuk orang Indonesia lho. Universitasnya juga lumayan terkenal, ranking 70 dari 2500 universitas di seluruh China. Kalo ada yang tertarik untuk kuliah S1/S2/S3 atau belajar Bahasa Mandarin ke China, bisa kontak gua di keppi_kun@yahoo.com atau +8618269000643 (Whatsapp)

Pendaftaran ditutup tanggal 1 July 2017. Kuota terbatas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang