Langsung ke konten utama

Mengibarkan Merah Putih di Negeri Orang



10 tahun belakangan ini, Bahasa Mandarin menjadi salah satu bahasa yg paling diminati di dunia. Setiap tahunnya ada ratusan ribu orang dari berbagai penjuru dunia yg datang ke China untuk belajar Bahasa Mandarin, gua pun salah satunya.

Selama bersekolah di China, gua merasakan bagaimana rasanya hidup di tengah masyarakat internasional. Gua berkenalan dan bersahabat dengan orang-orang dari berbagai negara, bahkan pernah suatu kali, gua ikut kelas yg isinya adalah 28 pelajar dari negara yg berbeda : Indonesia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, Jepang, Korea, Mongolia, Nepal, Russia, Ukraina, Moldovia, Kyrgyzstan, Uzbekistan, Jerman, Italia, Belanda, Inggris, Swedia, Ceko, Mexico, Brazil, Peru, Argentina, Amerika, New Zealand, Nigeria, dan Madagaskar.

Kalian bisa bayangkan bagaimana rasanya?
Ricuh, tapi seru.

Sewaktu ada orang yg ngajak gua kenalan, dan gua bilang bahwa gua berasal dari Indonesia, gua sering mendapatkan aneka ragam reaksi yg unik :

1) Bingung, karena baru pertama kali dengar nama "Indonesia"
"Indonesia? Apakah itu bagian dari Polinesia?"

2) Pernah denger Indonesia, tapi gak tahu letaknya di mana
"Indonesia? Oh, yg dekat Afghanistan itu ya?"

3) Ga pernah denger Indonesia, tapi tahu Bali
"Oh, iya saya tau Bali! Jadi, Indonesia itu suatu tempat di Bali ya?"

4) Tertukar antara Indonesia dan India
"India maksudnya? Tapi kok kamu tampangnya mirip orang Asia Timur?"

5) Kenal dengan Indonesia, tapi bingung liat tampang gua yg gak sesuai dengan orang Indonesia di bayangan mereka
"Kamu...muslim? Kok...tampangnya mirip...orang China? Aku pikir kamu orang Singapore"
(Ini reaksi cewe gua, Lily, saat pertama kenalan sama gua)

6) Tahu banget tentang Indonesia, termasuk baik dan buruknya
"Indonesia? Gile, kamu sebagai minoritas kok tahan hidup di sana? Waktu kerusuhan 1998, keluarga kamu gak apa-apa? Ceritain donk, kamu sebagai suku minoritas suka menerima perlakuan seperti apa di Indonesia? Kebetulan saya kerja part time jadi wartawan di negara saya, boleh gak saya wawancara kamu? Blablabla...

Dan ya, meskipun reaksinya tidak selebay yg gua tulis di no 6, tapi perlu gua akui, banyak orang yg punya persepsi negatif tentang Indonesia. Gak usah gua ceritain di sini deh, apa aja citra negatif mereka tentang Indonesia. Simpelnya gini aja : Coba teman-teman ingat-ingat lagi, berita macam apa saja sih yg menjadi headline news di negara kita? Nah, sebagian besar berita-berita itu juga masuk ke surat kabar internasional. Sekarang kalian udah kebayangkan, bagaimana persepsi dunia tentang negara kita?

Berikut ini hanya sedikit contoh, dari tahun 2016...






Karena itulah, selama 4 tahun bersekolah di China, gua aktif di PPIT (Perhimpunan Pelajar Indonesia-Tiongkok). Kita, para pelajar Indonesia yg bergabung di PPIT, berjuang mati-matian untuk mengangkat nama baik Indonesia di mata dunia dengan cara memperkenalkan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa kita di hadapan masyarakat internasional.

Di Kota Guilin, tempat gua menuntut ilmu, misalnya. Setiap tahun, PPIT cabang Guilin (HIMIGNU) mengadakan Festival Kebudayaan Indonesia, Kelas Pelatihan Bahasa Indonesia, Festival Film Indonesia, Pertandingan Futsal Persahabatan Garuda Cup, dan lain sebagainya. Kita mau membuat mata teman-teman dari mancanegara menjadi terbuka soal Indonesia. Ini lho Indonesia, negara yg indah karena keanekaragamannya.

Dan kalian tahu, bagaimana reaksinya? Banyak teman-teman dari mancanegara yg tercengang dan terpukau melihat keindahan seni dan budaya Indonesia.

"Oooh, jadi Indonesia tuh bukan negara muslim seperti Arab?" tanya mereka.

"Bukan" jawab kami.

"Memang Indonesia adalah negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia, tapi Indonesia bukan Negara Islam. Indonesia adalah negara kesatuan, negara yg menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme."





Di kampus gua, selain Festival Kebudayaan Indonesia, setiap tahunnya juga diadakan Festival Kebudayaan Vietnam dan Festival Kebudayaan Thailand. Tapi dari ketiga festival tersebut, selama beberapa tahun terakhir, Festival Kebudayaan Indonesia lah yg mendapat sambutan paling hangat.

Acara Festival Kebudayaan Indonesia di Guilin tahun lalu misalnya, mengangkat tema "The Great Sumatra". Acara terbagi dua : acara pagi dan acara malam. Acara pagi diadakan di lapangan terbuka, dimulai dengan pawai Festival Panen Raya dan Tari Karo yg pesertanya adalah mahasiswa dari manca negara, Upacara Lompat Batu dari Nias, dan juga Indonesian Food Festival. Selain menonton pementasan, para pengunjung bisa mencicipi masakan khas Sumatra tanpa dipungut biaya.





Acara malam diadakan di auditorium milik kampus Guangxi Normal University dan dihadiri oleh lebih dari 600 orang penonton serta undangan dari berbagai negara, termasuk delegasi dari Konsul Jendral Republik Indonesia di Guangzhou. Pertunjukan-pertunjukan yg ditampilkan antara lain :


1) Perkusi alat musik tradisional Indonesia "Gendang Nusantara"



2) Tari Persembahan



3) Tari Piring



4) Tari Perang Nias



5) Goyang Sambalado 
(yg narinya semua pelajar asing, bukan pelajar Indonesia)




Dan masih banyak lagi

Acara puncaknya adalah 

Drama Siti Nurbaya



Video Opening Drama Siti Nurbaya

Video Ending Drama Siti Nurbaya

Dan juga 

Tari Saman


Tugas gua waktu itu jadi apa? Gua jadi staff belakang panggung dan juga sebagai sutradara drama Siti Nurbaya hehehe. Ini dia foto gua bersama para pemain drama Siti Nurbaya di penghujung acara FKI 2016 ini



Bisa dibilang, selama 4 tahun kami berada di China, gua dan teman-teman dari PPIT Guilin sudah berhasil mengubah banyak persepsi orang tentang Indonesia. Yg tadinya berpikir negatif tentang Indonesia, sekarang menjadi cinta dan ingin mengenal Indonesia lebih jauh.

Gua yakin, ga cuma kita-kita di Guilin,
para pelajar Indonesia yg terbesar di manca negara, di mana pun mereka berada, selalu berusaha mengibarkan Merah Putih di negeri orang. 

Kami cinta Indonesia dan kami bangga menjadi bangsa Indonesia.

Tapi tidak peduli seberapa kerasnya kami berjuang di negara orang, semua perjuangan kami tidak akan ada artinya jika teman-teman Indonesia terus menerus saling membenci dan terpecah-belah, seperti yg terjadi belakangan ini.

Aksi damai yg berujung ricuh, menyebabkan ketegangan antara mayoritas dan minoritas semakin meruncing (lihat saja di timeline social media masing-masing), dan akibatnya, citra Indonesia di mata dunia semakin negatif.

Gua nulis begini bukan mau menjatuhkan atau menyalahkan salah satu pihak, apalagi menjelek-jelekan agama atau kepercayaan tertentu, tapi gua mau mengajak teman-teman pembaca semua untuk merenung dan introspeksi diri masing-masing.

Sampai kapan sih bangsa kita mau terus terpecah-belah karena SARA?
Sampai kapan kita mau terus saling membenci dan berselisih?
Sampai kapan kita mau membiarkan iman dan kepercayaan kita dipelintir dan dimanfaatkan bagi kepentingan politik?
Coba tanya hati nurani kalian masing-masing...sampai kapan?

Anehnya, semua yg terjadi di dalam negeri tuh, tidak kita alami di luar negeri lho. Pelajar Indonesia di luar negeri, di mana pun mereka berada, selalu menjadi panutan teman-teman dari negara lain, karena kita semua dikenal sebagai kelompok yg kompak dan kreatif. Di tengah perantauan, tidak ada yg namanya perselisihan antara muslim dan non-muslim, minoritas dan mayoritas.

Di Guilin misalnya, di saat teman-teman muslim berpuasa, kita yg non-muslim dan tidak puasa masak buat mereka dan kemudian buka puasa bareng bersama mereka. Pernah suatu kali saat ada teman muslim yg dibully oleh orang yg Islamophobia, kita belain dia rame-rame. Dan kalo ada acara yg membawa nama Indonesia, kita semua turut aktif dan saling bantu-membantu, menjunjung tinggi Merah Putih di negeri orang.

Kalo kita-kita yg ada di negeri orang bisa bersatu, mengapa kalian-kalian yg ada di tanah air tidak bisa?



Terima kasih sudah membaca tulisan gua yg super panjang ini.
Sekali lagi, gua tidak bermaksud menjatuhkan atau menyalahkan salah satu pihak, apalagi menjelek-jelekan agama atau kepercayaan tertentu.

Gua cuma berharap, kita semua sebagai rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia, bisa lebih cerdas, bijaksana dan toleran dalam menyikapi keanekaragaman.
Jangan mau terus-terusan diprovokasi, ayo kita bersatu, berkarya yg positif, dan bersama-sama, kita tunjukan ke dunia internasional, bahwa Indonesia itu memang adalah NEGARA PALING KEREN di atas muka bumi!

Bhinneka Tunggal Ika! Bersatu di tengah keanekaragaman! Unity in Diversity!



Baca juga : Merah Putih di Negeri Tirai Bambu


Sekedar Info
Di Nanning (provinsi Guangxi, Tiongkok) lagi ada universitas yang ngasih promo harga khusus untuk orang Indonesia lho. Universitasnya juga lumayan terkenal, ranking 70 dari 2500 universitas di seluruh China. Kalo ada yang tertarik untuk kuliah S1/S2/S3 atau belajar Bahasa Mandarin ke China, bisa kontak gua di keppi_kun@yahoo.com atau +8618269000643 (Whatsapp)

Pendaftaran ditutup tanggal 1 July 2017. Kuota terbatas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang