Langsung ke konten utama

Under The Hawthorn Tree


"我不能等你一年零一個月了,我也不能等你到二十五歲了,但是我會等你一輩子"
I can’t wait 13 months for you; I can’t wait till you're 25; but I can wait for you my entire life.

Jing Qiu (Zhou Dongyu) adalah seorang gadis remaja yg hidup di akhir jaman "Cultural Revolution" di China. Setelah ayahnya dicap "pemberontak" dan diasingkan oleh Communist Party yg berkuasa di China pada saat itu, ibunya yg sakit-sakitan harus seorang diri menghidupi ketiga buah hatinya. Sebagai putri tertua, Jing Qiu merasa ikut bertanggung jawab untuk membantu ibunya mencari nafkah. Ia belajar dengan giat dan berhasil masuk ke sekolah guru.

Di akhir masa sekolahnya, Communist Party mengeluarkan perintah untuk mengirim anak-anak muda dari kota ke pedesaan untuk "re-edukasi", Jing Qiu termasuk salah satunya. Pada saat tiba di Desa Xiping, ia mendengar kisah mengenai sebuah pohon Shanzha yg dipuja sebagai "Pohon Pahlawan" karena menurut kisah yg beredar, pada jaman Perang Dunia II banyak pejuang kemerdekaan China yg dieksekusi oleh tentara penjajah Jepang di bawah pohon tersebut. Di desa itu pula, Jing Qiu bertemu dengan Sun Laosan (Shawn Dou), seorang laki-laki muda yg sedang meneliti geologi di tempat itu.

Meskipun berasal dari keluarga kaya raya namun Sun sejak kecil telah kehilangan ibunya yg bunuh diri setelah dicap "pemberontak" oleh pemerintah. Siapa yg menyangka, di balik kepahitan hidup ini, ternyata Jing dan Sun dapat saling menemukan persamaan. Pada awalnya Jing mencoba menjaga jarak dari Sun karena hubungan antara dua orang "anak pemberontak" di jaman itu dapat membahayakan masa depan karir mereka, tapi perlahan-lahan mereka pun saling jatuh cinta dan memutuskan untuk melanjutkan hubungan itu meskipun mengambil resiko.

Setelah Jing pulang ke kota dan kembali mengajar sebagai guru, mereka pun memulai hubungan jarak jauh. Sun sesekali meluangkan waktu untuk datang ke tempat Jing dan mereka pun harus pandai-pandai bersembunyi dan mencuri waktu untuk bisa berduaan. Di China pada jaman itu, laki-laki dan perempuan jangankan bersentuhan, hanya berada di satu ruangan yg sama saja sudah bisa menimbulkan banyak gosip dan cemoohan. Untuk menghindari mulut-mulut usil tersebut, setiap kali Sun dan Jing bersama di tempat umum, mereka harus menjaga jarak satu sama lain sambil pura-pura tidak saling mengenal. Baik saat berjalan kaki, maupun naik bus. Bahkan untuk berpegangan tangan pun adalah sesuatu yg sakral.

Dapatkah hubungan yg ditentang oleh masyarakat ini terus berlanjut?





Pada awalnya, melihat film-film yg pernah disutradarai oleh Zhang Yimou sebelumnya seperti Curse of The Golden Flower atau Raise The Red Lantern, gua pikir film ini juga ceritanya bakal berat dan penuh intrik. Tapi siapa yg sangka, di balik setting yg begitu kelam dan kompleks, kisah yg diangkat oleh film "Under The Hawthorn Tree" ini bisa dibilang adalah kisah cinta paling manis dan tulus yg pernah gua baca, atau tonton. Film yg diangkat dari kisah nyata ini sama sekali tidak mengisahkan revolusi kebudayaan atau gejolak politik pada jaman itu, tapi tentang cinta, dan hanya tentang cinta.

Cinta yg...sederhana, dan apa adanya. Seorang laki-laki jatuh cinta pada seorang perempuan. Ia tahu bahwa cinta yg ia rasakan adalah cinta yg sejati, dan dengan segala ketulusan dan kelembutannya, ia berusaha merebut hati perempuan yg ia sukai tersebut. Misalnya, saat mau menyebrang sungai, karena tidak bisa berpegangan tangan, Sun menggunakan sebatang kayu untuk menuntun Jing. Saat kaki Jing terluka dan ia menolak untuk dibawa ke rumah sakit, Sun mengambil pisau dan menyayat tangannya sendiri, dengan begitu Jing pun mau pergi ke rumah sakit, sambil mengobati kakinya, sekalian mengobati luka di tangan Sun.

Salah satu adegan yg paling mengharukan buat gua di film ini adalah saat Jing dan Sun berada di dua sisi sungai yg berbeda, kemudian merentangkan tangan ke depan, seolah berusaha saling memeluk, meskipun terpisah jarak yg begitu jauh...



Sangat sederhana dan apa adanya. Tetapi di balik kesederhanaan itu, tersembunyi makna yg begitu agung dan tulus, nilai-nilai cinta yg mungkin sudah dilupakan dan diabaikan di masa kini. Sebuah tamparan di wajah bagi generasi muda jaman sekarang yg selalu mengidentikkan cinta sama dengan nafsu dan seks.

Kisah cinta Jing dan Sun ini benar-benar sangat tulus dan innocent, seperti sama halnya dengan kisah cinta kita sewaktu di sekolah dulu. Temen-temen pembaca masih inget sama masa-masa itu kah? Gua masih. Gua inget waktu kelas 2 SMP dulu gua pernah nyembunyiin pulpen punya gebetan gua supaya gua bisa minjemin pulpen gua ke dia dan akhirnya gua ada alesan untuk memulai pembicaraan. Gua juga masih inget kelas 6 SD dulu saat sobat gua ga sengaja megang tangan gebetannya dan kemudian panik karena takut gebetannya hamil. Masa-masa indah di mana cinta belum diukur oleh ras, agama, status sosial, keperawanan, maupun jumlah digit angka tabungan di bank.

Akhir kata, film "Under The Hawthorn Tree" ini adalah salah satu film terbaik yg pernah gua tonton dan sayang banget kalo dilewatin.
Mau nonton? Silakan cari di google atau download di asiatorrent.

Sambil nunggu download beres, silakan nikmati trailer di bawah ini :




Rating : 9/10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k