Semenjak ayahnya meninggal, Marshall Eriksen menemukan dirinya kehilangan arah dan tujuan hidup. Marshall, sedari kecil bercita-cita menjadi seorang environmental lawyer (seorang pakar hukum yg melawan pencemaran lingkungan), namun kerasnya hidupnya membuat ia berbelok arah dan bekerja sebagai pakar hukum di bank, meninggalkan impiannya demi kehidupan yg lebih baik. (Kerja di bank gajinya lebih gede daripada jadi aktivis lingkungan, ya iya lah)
Hingga suatu malam, tanpa sengaja ia menonton sebuah film dokumenter tentang "Garbage Island" aka "Pulau Sampah". Pulau sampah adalah sebuah fenomena nyata di mana sampah sampah dari lima Benua terbawa oleh arus dan terkumpul di suatu lokasi di tengah Samudra Pasifik (buat yg pengen tau alesannya kenapa bisa gitu, silakan googling sendiri, berkaitan dengan arus dll) dan membentuk "pulau-pulau". Ini dia fotonya :
Setelah menonton dokumenter itu, hati Marshall tergerak dan ia pun mulai berusaha melakukan perubahan di tempat kerja dan juga pergaulannya. Tapi ia tidak menyangka, bahwa ternyata usahanya malah memberikan kesulitan bagi orang lain. Misalnya, Marshall berhasil membujuk pemilik bar MacLaren's tempat ia dan teman-temannya biasa nongkrong, untuk membuang semua sampah botol dan plastik ke tempat daur ulang. Hal ini ternyata membawa kesulitan bagi Wendy, sang pelayan bar, di mana setiap malam setelah bar tutup ia harus seorang diri membawa karung-karung besar berisi sampah botol dan plastik ke tempat daur ulang yg jauhnya tiga blok dari sana.
Pada saat Marshall memberikan presentasi soal pentingnya mengurangi pencemaran lingkungan di bank tempat ia bekerja, bukan hanya proposalnya ditolak, tapi bos Marshall juga memecat beberapa karyawan yg mendukung proposal Marshall, salah satunya adalah kolega Marshall yg bernama Meeker. Marshall frustasi, bukan hanya ia tidak sempat membuat ayahnya bangga terhadap dirinya, tapi usahanya untuk menyelamatkan lingkungan hidup juga ternyata hanya membawa kesialan bagi dirinya dan juga orang lain.
Benarkah begitu? Cerita fast forward ke tahun 2021 di mana Ted, sahabat Marshall, yg kini teah menikah dan berkeluarga, sedang terjebak di bandara Hong Kong. Ted yg sedang frustasi karena pesawatnya delay, tidak sengaja bertemu dengan Wendy, sang pelayan bar, dan juga Meeker, mantan kolega Marshall yg kini sudah menikah dan mempunyai tiga orang anak.
Bagaimana mereka berdua bisa bertemu? Meeker marah karena Marshall membuatnya dipecat. Malam itu, ia pergi ke MacLaren's untuk membuat perhitungan dengan Marshall. Pada saat ia sampai, bar sudah tutup dan Meeker tidak sengaja bertemu dengan Wendy sang pelayan yg sedang kesulitan membawa karung-karung besar berisi sampah botol dan plastik. And the rest is history. Mereka jatuh cinta, dan menikah, dan semua itu tidak mungkin terjadi jika Meeker tidak dipecat, Wendy tidak disuruh membawa sampah ke tempat daur ulang, dan Marshall tidak pernah berusaha menyelamatkan lingkungan hidup. Ted tersenyum, dan menelpon Marshall untuk memberi tahu kabar baik itu.
Buat temen-temen yg ga ngikutin HIMYM mungkin agak kurang nangkep ceritanya, tapi sebenernya yg mau omongin tuh simpel :
Jadi orang baik itu susah, bener ga? Kadang demi berbuat baik, kita harus mau berkorban, dan seringkali kita menemukan bahwa pengorbanan kita itu ternyata ga dihargai sama orang lain. Misalnya di negara-negara maju seperti Eropa, Amerika, dan juga China, kalo kita dicopet, jangan harap orang-orang di sekitar kita mau bantu kita mengejar copetnya terus ngegebukin rame-rame copetnya seperti di Indonesia.
Masalahnya, seiring dengan majunya perekonomian negara, kesenjangan sosial juga semakin tinggi. Pengangguran semakin banyak, tingkat kejahatan semakin tinggi, dan para penjahat juga semakin nekat. Gimana kalo kita bantu ngejar copetnya, terus ternyata si copetnya bawa pisau atau pistol, dan malah melukai kita? Kalian rela kehilangan nyawa demi orang yg tidak kalian kenal? Di Indonesia, mungkin masih ada segelintir orang yg menjawab "rela", tapi sebagian besar orang pasti menjawab "tidak"
Ga usah jauh-jauh ngomongin negara orang, di daerah tempat tinggal temen gua aja pernah ada kejadian kayak gini. Ceritanya gini, waktu bulan puasa ada ormas tidak dikenal yg mengatasnamakan agama untuk "minta THR" ke salah satu toko besar di sekitar rumah temen gua itu. (Padahal mereka ga kerja di toko itu, jadi apa haknya minta THR coba? Bener ga?) Karena permintaan mereka ditolak, suatu kali mereka pun dateng bawa pentungan dll mau coba ngerusak toko. Ada seorang satpam toko yg dengan beraninya melawan mereka. Di tengah perlawanan, untuk membela diri, ia pun merebut sebuah pentungan dari salah seorang anggota ormas itu dan mencederai beberapa orang dari mereka. Satpam cedera, ormas cedera. Tau ga tindakan tokonya apa?
Waktu polisi dateng, untuk menghindari masalah, toko itu malah bilang bahwa keributan itu terjadi karena "satpam bertengkar sama anggota ormas" dan kemudian si satpam itu pun dipecat. Ini cerita bukan gua yg ngalamin sendiri, hanya denger cerita dari temen gua, dan ceritanya kurang lebih kayak gini. Menurut temen-temen, yg kayak gini adil ga sih? Si satpam pasang badan untuk melindungi toko, tapi ujung-ujungnya malah dijadikan kambing hitam.
Cerita ini hanyalah satu contoh dari sekian banyak kasus ketidakadilan yg terjadi di sekitar kita setiap harinya. Seorang rakyat jelata mencuri ayam, dipenjaranya bertahun-tahun. Sementara seorang koruptor yg menggelapkan milyaran uang rakyat, dipenjaranya hanya dalam hitungan bulan. Yg lebih gila lagi, setelah bebas sang koruptor masih diijinkan menjabat sebagai petinggi di DPR/DPRD dan mempersulit ruang gerak para pejabat yg pro rakyat. Dan yg bikin gua ga abis pikir, ternyata tidak sedikit juga rakyat dan ormas yg masih mendukung penjahat sosial kayak gini. Memang ngaco bangsa kita ini.
Jaman sekarang, menjadi satu orang baik di tengah-tengah masyarakat yg hanya mementingkan dirinya sendiri mungkin setara dengan bunuh diri. Tapi jangan biarkan kebusukan moral masyarakat ini membuat nurani kita menjadi tumpul. Oke, mungkin ga setiap orang bisa berani melawan sistem seperti seorang Ahok, mungkin ga semua orang berani mengejar copet, menolong anak yg terjebak di dalam rumah yg terbakar atau yg terbawa arus sungai, tapi pasti ada yg bisa kita lakukan demi kebaikan orang lain, ga peduli hal sekecil apapun.
Ada sebuah pepatah China yg berkata :
"善有善报,恶有恶报。
不是不报,时候未到"
(Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan,
kejahatan akan dibalas dengan kejahatan.
Mungkin tidak langsung, tapi waktunya akan tiba)
Gua kenal seorang Ibu yg seumur hidupnya banyak membantu orang lain. Dan beberapa tahun yg lalu di saat ekonominya jatuh, selalu ada yg mau membantu tanpa diminta, baik secara moral maupun materi. Pada saat sang Ibu ditipu sama bank dan rumahnya mau disita, ada seorang pengacara yg baik yg mau membantunya di pengadilan, dan akhirnya rumahnya pun terselamatkan.
Melestarikan lingkungan hidup mungkin adalah salah satu contoh simpelnya. Karena kalo kita tidak hati-hati, suatu hari nanti mungkin bukan anak cucu kita, tapi kita sendiri yg akan menanggung akibatnya.
Di saat kita berbuat baik, janganlah mengharapkan balasan. Balasannya akan tiba, mungkin tidak sekarang, mungkin suatu hari nanti, di dalam bentuk yg berbeda, di saat kita sangat membutuhkannya. Jangan sombong dan tidak peduli pada orang lain di saat hidup kita sedang maju, karena hidup manusia itu seperti sebuah roda, kadang kita berada di atas, kadang kita berada di bawah. Semua orang akan ada saatnya gagal dan akan ada saatnya berhasil. Jika kita banyak berbuat baik terhadap sesama, di saat kita jatuh nanti, akan ada orang yg mau membantu kita.
Oya, berbuat baik itu juga bukan berarti harus selalu harus dinilai dalam bentuk uang, tidak begitu. Perbuatan baik sekecil apapun, suatu hari akan membawa pengaruh yg baik pula bagi hidup kita selama kita melakukannya dengan tulus dan tanpa pamrih.
No good deeds goes unpunished. Tidak ada budi baik yg tidak dihargai.
Apa yg kita tanam, itulah yg kita tuai.
Komentar
Posting Komentar