From every wound there is a scar, and every scar tells a story. A story that says, "I survived."
Sejak SD, gua sering dibully. Padahal waktu itu badan gua termasuk tinggi besar di kalangan anak-anak seumuran gua, tapi mungkin karena gua orangnya ga pede, agak pengecut, ga berani ngelawan, jadinya anak-anak baong yg badannya cuma segede kutil pun berani ngisengin gua.
Sampai suatu ketika, waktu gua kelas 2 atau 3 SD, gua pergi ke undangan kawinan. Sudah jadi hukum ga tertulis bahwa di yg namanya undangan, orang tua akan sibuk ngobrol dengan orang tua lainnya, sementara anak anak kecil akan berlarian kesana kemari di luar pengawasan para suster atau pembantu karena mereka juga sibuk "ngerumpi" dengan teman-teman satu profesinya.
Jaman itu, yg namanya pesta kawinan, pasti dekorasinya melibatkan sebuah huruf raksasa dari es (yg hanya tahan sampai setengah acara, kemudian meleleh menjadi bongkahan bongkahan tidak berbentuk) Saat itu, mungkin karena tampang gua yg culun dan gerak-gerik gua yg kikuk, sampai di pesta kawinan pun gua masih dibully sama anak-anak yg tidak gua kenal. Ditambah lagi saat itu pestanya outdoor, jadi tempatnya lumayan luas dan strategis untuk bermain perang-perangan.
Ada satu anak laki-laki gundul yg dengan karisma (dan kekasarannya), berhasil menjadi komandan hari itu. Dia pun kemudian menginstruksikan para anak buahnya untuk melempari gua dengan potongan buah-buahan dan gelas kertas bekas. Gua lari berlindung di bawah meja, bersembunyi di balik taplak. Pada saat itu lah, di bawah meja, kepala gua menghantam sebuah kepala lainnya. Seorang gadis manis pun mengaduh sambil memegangi jidatnya di hadapan gua.
"Aduh sori" kata gua.
"Soti sori tujuh puluh" kata gadis itu judes. "Kamu ngapain di bawah meja?"
"Ngumpet. Kamu?" tanya gua balik.
"Aku juga ngumpet. Liat nih, baju aku kotor dilemparin buah." kata gadis itu, yg kemudian gua taksir, kira-kira umurnya sebaya dengan gua.
Kita pun mengobrol beberapa saat dan kemudian gua pun tau bahwa gadis manis ini bernama Vidya.
Vidya memicingkan mata, melihat gua dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
"Badan kamu besar gitu, kenapa harus takut sama mereka?" tanya Vidya.
Gua diem, ga bisa jawab. Gua juga ga tau kenapa gua selalu takut menghadapi para anak-anak nakal yg suka ngebully gua. Apakah karena jumlah mereka banyak? Atau...sebenernya gua sendiri ga pede sama badan gua yg besar ini?
Vidya, seolah-olah mengerti isi hati gua, menempelkan kedua tangannya ke pipi gua, memaksa gua untuk menatap dia, face to face.
"Dengerin ya, kamu dikasih badan gede sama Tuhan pasti ada tujuannya. Badan kamu besar, itu tandanya Tuhan ingin kamu melindungi mereka mereka yg lebih kecil dan lebih lemah daripada kamu. Bahu kamu lebar, itu tandanya tenaga kamu kuat dan kamu bisa menanggung beban yg berat. Badan kamu tinggi, itu tandanya kamu ditakdirkan untuk meraih impian yg tinggi..."
Kata kata Vidya terputus saat si Gundul dan anak buahnya menemukan tempat persembunyian kami berdua, dan mulai melempari gua dan Vidya dengan aqua gelas. Gua dan Vidya segera merangkak keluar dari bawah meja, namun tanpa disangka, sebuah aqua gelas tepat mengenai wajah Vidya dan pecah, membuat wajahnya menjadi basah kuyup. Saat itu, entah karena amarah atau kesambit sesuatu, tanpa berpikir panjang gua pun mengambil sebuah bongkahan es batu dari patung es yg sudah meleleh di atas meja dan melemparkannya ke arah si Gundul. BLETAKKK! Bongkahan es itu tepat mengenai dahi si Gundul. Ia pun terjungkal jatuh ke belakang, darah mengucur dari dahinya.
Melihat pemimpinnya jatuh bersimbah darah, anak buah si Gundul yg semuanya masih bau kencur itu pun segera menangis hebat. Gua terbengong bengong sendiri melihat kejadian itu, tapi kemudian Vidya menarik tangan gua dan kita berdua pun berlari, sembunyi di belakang panggung tempat kedua mempelai sedang memotong kue pengantin...
The rest is history. Di saat acara selesai, gua dan Vidya pun memberanikan diri keluar dari belakang panggung untuk mencari orang tua kita. Pada saat itu, si Gundul dan para anak buahnya sudah tidak ada di dalam ruang resepsi. Belakangan gua denger dari orang tua gua bahwa luka si Gundul tidak parah. Darahnya berhenti setelah diobati dan dia pun dibawa pulang lebih awal oleh orang tuanya untuk diobati lebih lanjut. Tidak ada satupun yg menyaksikan kejadian itu, ataupun mengetahui siapa pelaku yg mencederai si Gundul hari itu.
Hari itu pun adalah pertama dan terakhir kalinya gua bertemu dengan Vidya karena setelah itu, gua tidak pernah bertemu dengan dia lagi. Gua denger dari ortu gua katanya sewaktu kerusuhan May 1998, keluarga kedua mempelai yg menikah hari itu pindah ke US. Mungkin Vidya juga ikut bersama mereka. Darimana gua tau kalo Vidya adalah kerabat dari kedua mempelai yg menikah hari itu? Karena satu-satunya kenangan yg tersisa akan Vidya hanyalah sebuah korsase yg Vidya sematkan ke baju gua saat kita berada di belakang panggung...
Setelah hari itu, gua pun tidak langsung berubah drastis menjadi seorang pemberani, tidak. Di sekolah, anak-anak yg ngebully gua makin lama makin banyak dan juga makin heboh. Tapi berkat pengalaman hari itu, gua tau bahwa gua sebenernya kuat dan gua harus menggunakan kemampuan gua itu bukan hanya untuk diri gua sendiri, tapi juga untuk orang lain.
(Buat temen-temen yg udah lama ngikutin Emotional Flutter dan pernah baca cerbung First Love karya gua, pasti tau bahwa pada akhirnya yg bikin gua bangkit dan mampu melawan orang-orang yg membully gua adalah cinta pertama gua ^^ Buat temen-temen yg belum baca, tunggu apa lagi?)
With greater power, comes greater responsibility kata Uncle Ben kepada Peter Parker, sang Spiderman. Itu pula yg gua rasakan. Gua dilahirkan dengan badan yg tinggi, besar, dan kuat tentunya bukan tanpa tujuan. Gua akan jadi seseorang yg kuat, tahan banting, dan tidak pernah menyerah meski dihadang kesulitan seberat apapun. Gua harus berani bermimpi, mempunyai cita-cita setinggi langit, dan yg akan gua capai dengan kemampuan gua sendiri, satu demi satu. And last but not least, tentunya semua yg gua lakukan dalam hidup ini selayaknya bukan hanya demi keuntungan gua pribadi, tapi juga demi memberikan perubahan positif dalam hidup orang-orang di sekeliling gua.
Being different doesn't mean that you are not good enough. Jangan pernah berpikir bahwa karena kamu berbeda, lantas kamu tidak cukup baik atau layak untuk berbahagia. Setiap orang punya jalan dan caranya sendiri untuk mencapai kebahagiaan, dan kepercayaan itulah yg harus kamu temukan di dalam hidup ini.
Dan atas dasar itulah, blog ini gua buat. Blog personal ini adalah saksi, bahan refleksi, sekaligus jurnal perjalanan pribadi gua di dalam mewujudkan semua impian tersebut =)
Postingan ini dibuat sebagai syarat penerimaan anggota Grup Blogger Personal : Blogger Energy
PS : Yg mau tau, seberapa besarnya mimpi gua? Silakan baca 100 Bucket List ini =)
Komentar
Posting Komentar