Love is just a word until someone comes along and gives it meaning.
Kalian percaya ga sih sama yg namanya "true love" atau "cinta sejati"?
Bahwa di dunia ini ada satu orang yg benar-benar cocok untuk kalian, secara jasmani maupun rohani. Dan bagaikan kepingan puzzle, ia akan mengisi kekosongan di dalam hidup kalian dan kalian tidak akan pernah merasa kekurangan lagi jika melewati hidup bersama dia.
Gua percaya. 100%. Tanpa ada ragu sedikitpun.
Mengapa?
Well, gua belom nemuin soulmate gua, tapi gua udah pernah menyaksikan dengan mata kepala gua sendiri betapa bahagianya mereka-mereka yg berhasil menemukan satu sama lain itu.
Tapi, gua juga tahu bahwa menemukan soulmate kita itu TIDAK MUDAH.
Dan, yg lebih mengerikan lagi adalah...ternyata tidak semua orang bisa berhasil menemukan soulmatenya.
Gua pernah ngobrol sama seorang wanita paruh baya (yg identitasnya gua rahasiakan). Dia cerita ke gua bahwa dia merasa menikahi orang yg salah. Waktu itu umurnya sudah menginjak usia 27 tahun (which is masih sangat muda, kalo menurut dia saat ini) dan kemudian karena takut dianggap perawan tua, dia akhirnya buru-buru nikah sama seorang pria yg baru ia kenal beberapa minggu (yup, di dunia ini ada orang yg menikah hanya setelah kenal beberapa minggu). Bahkan keputusan untuk menikah tersebut mereka ambil di hari ketujuh semenjak perkenalan mereka, di malam setelah mereka berkencan untuk pertama kalinya (di saat kepepet, ga butuh logika, kata dia sih). 10 tahun setelah hari itu, ia menyesali keputusan gegabahnya tersebut karena ternyata suaminya adalah seorang pria yg tidak berdikari dan hanya mengandalkan harta orang tuanya semata. Sekarang mereka telah bercerai dan ia jadi seorang single mother yg berjuang menghidupi 4 orang anaknya sebagai cleaning service di sebuah pusat pertokoan kecil.
Dia bilang bahwa keputusan gegabahnya itu telah membuat dia tidak hanya kehilangan kesempatan menemukan soulmatenya, tapi bahkan kehilangan kesempatan untuk bisa hidup secara layak dan wajar. Sekarang dia hanya mampu berandai-andai, mungkinkah Tuhan YME memberikan dia kesempatan kedua untuk memulai kembali? Seandainya bisa, dia bilang, dia akan lebih sabar menjalani hidup. Kuliah dulu yg bener, kerja dulu yg bener, kenal dengan banyak orang, pacaran dulu untuk sekian waktu sebelum memutuskan untuk menikah.
Oke, contoh di atas memang cukup ekstrim. Tapi untuk bisa menegaskan point gua, gua harus ceritain contoh paling ekstrim yg pernah gua denger dengan kuping gua sendiri (bukan cuma berita di TV atau rumor) Temen-temen pembaca setuju ga dengan pendapat sang wanita di atas, bahwa ia telah gagal menemukan soulmatenya?
Soulmate itu apa sih? Menurut gua, soulmate itu bukanlah sesuatu yg harus kita temukan, melainkan sesuatu yg harus kita bangun. Cinta sejati itu bukan bagaimana kita menemukan seseorang yg tepat, tapi bagaimana kita memupuk hubungan kita dengan cinta kasih, kesabaran, pengampunan, pengertian, dan komitmen, hingga tercipta sebuah keharmonisan dalam hidup.
Tapi menurut gua, meskipun kita tidak harus mencari seseorang yg "sempurna", bukan berarti SIAPA AJA bisa menjadi soulmate kita. Ga bisa.
Untuk bisa tercipta yg namanya saling mengerti itu butuh waktu yg tidak sebentar. Ga semua orang di dunia ini bisa cocok jadi suami istri. Kadang ada aja yg namanya perbedaan yg tidak bisa dijembatani. Jadi ya, gua rasa tetep penting untuk mencari seseorang yg cocok dan compatible sama kita. Meskipun ga harus 100% cocok, tapi seengganya harus udah ada dasar kecocokan secara prinsipal dan fundamental. Masalah nilai-nilai dan prinsip hidup misalnya, dan juga gaya hidup.
Kenapa gaya hidup berpengaruh? Karena gaya hidup itu mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan tingkat kecerdasan seseorang akan berpengaruh besar terhadap cara dia berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal. Dan tanpa komunikasi yg lancar, ga akan bisa tercipta keselarasan hidup.
Jadi, gua rasa, soulmate itu mungkin bukan seorang pangeran / putri dari negeri antah berantah yg mendadak datang ke dalam hidup kita, tapi mungkin, soulmate kita adalah orang-orang terdekat kita yg sudah ada dalam hidup dan lingkungan pergaulan kita selama bertahun-tahun terakhir ini. Maksud gua, kalo orang-orang tersebut ga cocok sama kita, kita juga ga akan membiarkan dia berada di dalam kehidupan kita, betul ga? Minimal, kalo dia ada di dalam lingkungan pergaulan kita, itu tandanya secara prinsip dan gaya hidup, dia udah ada kemiripan sama kita.
Karena itulah gua suka ga habis pikir sama orang yg anti pacaran sama sahabat sendiri. Banyak yg ngomong gini "Sahabat tuh orang terbaik yg ada di hidup kita. Kalo pacaran sama sahabat sendiri, nanti kalo kita lagi ada masalah soal cinta, harus curhat ke siapa?" Lah, terus kalian pengen pacaran sama siapa? Pengen soulmate yg kayak gimana?
Logikanya kebalik, kalo menurut gua. Hubungan yg harmonis itu butuh yg namanya kasih sayang, saling menerima, saling toleransi, kompromi, dan juga rasa saling percaya which is gua rasa ga akan bisa tumbuh hanya dalam beberapa minggu setelah kenal doank. Karena itu, sahabat lawan jenis terbaik kita harusnya menjadi kandidat utama untuk menjadi soulmate kita donk, bukan hanya sekedar disimpan sebagai "ban serep" dan "tempat curhat" kalo kita lagi ada masalah doank.
Jadi ya, buat mereka-mereka yg masih sibuk mencari soulmate, poin PERTAMA yg harus kalian lakukan adalah...liat di sekitar kalian deh, ga usah jauh-jauh. Siapa sih yg ada di sisi kalian di saat suka maupun duka? Siapa sih yg akan kalian telp pertama kali di saat menghadapi kesulitan?
Rumus paling simpel kalo buat gua adalah : orang (sebisa mungkin lawan jenis ya) yg bisa kalian hubungi tanpa ragu jam 4 pagi sekalipun di saat kalian mengalami masalah dan kalian juga yakin kalo dia juga akan secepat kilat hadir ke sisi kalian saat itu juga apabila mendengar kalian sedang mengalami kesulitan...itulah soulmate kalian.
Coba liat video di bawah ini deh, mungkin bisa menambah inspirasi kalian :
Jadi ga usah mencari jauh-jauh, apalagi sampai ke luar negeri atau ke ujung dunia. Coba mulai dari orang-orang terdekat kalian dulu... Ga harus ganteng, ga harus kaya, ga harus sempurna, tapi selama dia mau dan rela menjalani suka duka hidup ini bersama kalian, itulah langkah pertama kalian berdua sebagai soulmate.
Being happy doesn't mean that everything is perfect. It means that you've decided to look beyond the imperfections.
Poin KEDUA yg sering dilupakan orang adalah...bahwa mencintai itu adalah sebuah PROSES.
Gua liat, semua orang pasti ingin menemukan "true love" / "soulmate" nya, tapi masalahnya adalah...ga semua orang rela sabar menjalani proses pencarian itu.
Analoginya gini : Perjalanan cinta sejati itu bagaikan di saat kita membaca/menonton sebuah serial film/komik. Kadang butuh waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan kadang bertahun-tahun hingga serial itu tamat. Tapi in the end, kita puas dan bahagia telah mengikuti serial tersebut sampai akhir. Itulah cinta yg sejati. Butuh kesabaran dan kadang pengorbanan untuk bisa menikmati rasa manis di penghujungnya.
Tapi sayangnya ga semua orang bisa sesabar itu. Ada aja orang yg kalo baca komik/nonton film, karena ceritanya seru banget dan ga sabar tau endingnya, terus baru baca/nonton setengah, langsung skip ke chapter paling terakhir untuk liat endingnya. Yah, masyarakat kita memang seneng sama yg namanya jalan pintas, tapi sayangnya, di dalam hidup, apalagi cinta, GA ADA jalan pintas.
Hidup itu adil sebenarnya. Orang-orang yg sabar dan telaten menjalani manis pahitnya sampai akhir, biasanya akan menemukan arti sesungguhnya dari perjalanan tersebut. Jangan terburu-buru karena umur, jangan pula kebawa-bawa pengaruh temen-temen yg mulai gendong bayi. Nah orang-orang yg mau cepetnya doank, mau cepet liat endingnya doank, orang-orang seperti itulah yg biasanya akan hidup dalam penyesalan.
To say that one waits a lifetime for his soulmate to come around is a paradox. People eventually get sick of waiting, take a chance on someone, and by the art of commitment become soulmates, which takes a lifetime to perfect
Temen-temen yg sering traveling pasti tahu bahwa partner traveling yg paling baik bukanlah seseorang yg harus kita tunggu-tunggu atau cari-cari, tapi seseorang yg kita temukan di tengah perjalanan. Karena yg kita inginkan sebagai partner dalam perjalanan kita bukanlah seseorang yg harus kita paksa untuk ikut, melainkan seseorang yg juga menikmati perjalanan tersebut.
Yup, poin KETIGA, dan ga kalah penting...kadang untuk menemukan soulmate itu tidak berarti kita harus terus-terusan MENUNGGU, atau MENCARI. Ada kalanya, cara yg paling baik untuk menemukan soulmate kita adalah dengan membuat diri kita menjadi LAYAK untuk dia.
Logikanya gampang sebenernya, kalo kalian pengen ketemu soulmate yg sukses dan juga cerdas, kalian juga harus jadi sukses dan cerdas. Kalo kepengen pacar baik-baik, ya nyarinya di tempat laen, bukan di night club. Jangan harap punya pacar yg cantik, berpendidikan, dan berprofesi jadi model kalo kalian kerjaannya cuma ngabisin waktu di warnet siang malem maen DOTA. Gampang kan?
Kalo kalian ingin dicintai dan dipahami, kalian juga harus belajar mencintai dan memahami. Kalo kalian ingin dihormati dan dihargai, kalian harus jadi seseorang yg punya prinsip dan target dalam hidup. Jangan terus-terusan mencari dan menanti. Pencarian itu melelahkan dan penantian itu menyiksa batin.
Kalo kalian tersesat saat mendaki gunung misalnya, hal apakah yg harus kalian lakukan? Jangan diam di balik bayangan pepohonan, tapi naiklah ke tempat tinggi, dari situ kalian jadi dapat melihat keadaan sekeliling dengan lebih jelas, akan mempermudah kalian untuk mencari jalan pulang. Selain itu, dengan berada di tempat tinggi, kalian juga jadi lebih mudah terlihat oleh orang-orang yg mencari kalian.
Mencari soulmate juga sama logikanya. Jangan terus-terusan stay low profile dan jadi diam di balik bayang-bayang kesuksesan orang lain. Jadilah seseorang yg sukses dan terpandang, yg punya bakat dan talenta yg dikagumi orang, yg karyanya menyentuh dan mengubah hidup orang banyak. Dan saat itu, saat kalian berada di puncak, sang soulmate juga dapat menemukan kalian dengan lebih mudah ketimbang di saat kalian terombang-ambing tercampur aduk di tengah lautan manusia.
Sekali-kali, biarkan si soulmate yg lari-lari ngejar kalian, jangan kalian melulu yg lari-lari ngejar dia =)
Love is not something we give or get; it is something that we nurture and grow, a connection that can only be cultivated between two people when it exists within each one of them – we can only love others as much as we love ourselves.
Komentar
Posting Komentar