Langsung ke konten utama

Seandainya Kita Ga Harus Mikirin Uang


Bagaimana jika seandainya kita bisa hidup tanpa harus mikirin uang? Bayangin, kalo tiap hari semua kebutuhan hidup lu bisa terpenuhi tanpa butuh uang, lantas apa yg akan lu lakukan untuk mengisi keseharian lu? Pertanyaan itulah yg bertahun2 lalu dilontarkan oleh seorang guru di depan kelas, dan waktu itu, dan gua yg saat itu masih duduk di bangku SMP, dengan bodohnya jawab "Main PS seharian, Pa!"


Jawaban dari temen2 sekelas gua yg laen juga ga beda jauh, malah gua inget salah seorang temen baik gua saat itu menjawab "Makan, tidur, kentut, Pa!"
Hari ini, belasan tahun sesudahnya, kalo dipikir2, jawaban2 kita pada hari itu tuh semuanya absurd banget ya. Bayangin, kalo kita dikasih kesempatan hidup sampai 60 tahun misalnya, masa tiap hari kita cuma mau makan, tidur, kentut? Membosankan banget, dan lagian...apa bedanya sama binatang coba? Sama halnya dengan maen PS. 60 tahun setiap hari maen PS...dijamin mata gua buta duluan sebelum ajal menjemput, hahaha.

Tapi seriusan, walaupun kesannya too good to be true (berkhayal abis), kalo kita beneran dikasih kesempatan untuk hidup tanpa harus mikirin uang, apa yg akan temen2 semua lakukan?



Mungkin pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yg dapat mudah kita jawab, mengingat di masa kini, kita hidup di dunia yg makin lama makin materialistis. Uang seolah2 dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai segala sesuatu di dalam hidup ini. Ga usah jauh2 deh, kalo jaman sekarang kalian pengen nikah misalnya, harus keluar berapa duit?

Ada seorang temen gua yg dalem waktu deket ini mau nikah, dia pernah cerita ke gua bahwa untuk baju nikah, pemberkatan di gereja, resepsi, dan makan malemnya doank (level menengah, bukan super mewah lho ya) bisa ngabisin plus minus 100-200 juta. Itu belom termasuk foto pre-wedding (buat yg pengen), beli mobil (kalo belom punya), dan juga cicilan rumah lho ya. Gile aja, masa nikah aja sampe harus ngabisin segitu banyak duit? Kalo misalnya kita hanya seorang pegawai perusahaan yg tiap bulan gajinya 2-3 juta, harus nabung sampai umur berapa tuh baru bisa married?

Contoh lain, cewe jaman sekarang kalo mau pergi sama cowo, pasti ortunya minimal ada nanya : "Eh, itu si Anto jemput kamu nanti pake mobil apa? Papa mama nya kerja apa? Rumahnya di daerah mana?" dan lain sebagainya. Bukan berarti ortunya matre lho, bukan, tapi percaya ga percaya, jaman sekarang mau cari jodoh juga ga bisa sebatas hanya memandang cinta semata. Harus juga mempertimbangkan "bibit, bebet, bobot" nya kalo kata orang Jawa. Apa sih artinya? Bisa liat di sini.


Sekali lagi, bukan karena ortunya matre atau pengen nanti masa tuanya bisa foya2, bukan. Tapi yg namanya orang tua pasti pengen yg terbaik untuk anaknya. Ga ada ortu yg pengen liat nanti anaknya setelah nikah hidupnya terkatung2 ga jelas, sengsara, mau beli susu bubuk untuk anak aja harus nombok, dan lain sebagainya. Dan ga cuma di Indonesia, jaman sekarang di seluruh dunia juga kayak gitu. Di China sini misalnya, kalo seorang cowo mau ngelamar cewe, keluarga cewenya pasti nuntut minimal si cowonya harus udah punya kendaraan dan tempat tinggal.

Fenomena ini juga akhirnya berdampak pada anak2 kita. Gua pernah suatu kali lagi acara Sinterklas di TK dan waktu Sinterklas nya nanya ke anak2nya "Kalian udah gede mau jadi apa?" Jawaban mereka yg hampir kompak itu lumayan bikin gua shock
"Mau jadi orang sukses!"
"Mau jadi orang kaya!"
Dan waktu kita tanya ke mereka, kenapa mau jadi orang kaya atau sukses, mereka jawab...
"Supaya bisa beli iPhone 5"
"Pengen beli kapal pesiar, terus liburan ke Singapore sama Papa Mama"
"Supaya bisa nyekolahin anak" (lho???)
"Pengen punya banyak rumah dan villa yg ada kolam renangnya, kayak Justin Bieber" (ini lebih gila lagi)

Waduh, ini anak TK dari kecil kok udah diajarin materialistis??? Jawabannya udah kayak kata2 mutiaranya para agen MLM dan asuransi aja nih. Setidaknya waktu jaman gua kecil, jawabannya masih lebih masuk akal
"Kamu udah gede mau jadi apa?"
"Mau jadi dokter!"
"Kenapa pengen jadi dokter?"
"Supaya bisa nyuntikin orang lewat, njus njus NJUS!!!!" *calon psikopat*

Yah, tapi temen2 ngerti kan bedanya apa?
Jaman sekarang, anak2 sedari kecil kayak udah didoktrin : nanti kamu udah gede harus sukses, biar jadi orang kaya, lalu baru hidupnya bahagia. Murid2 sekolahan juga begitu. Kalian harus rajin belajar supaya pinter, kalo pinter nanti bisa cari kerjaan yg bagus, bisa sukses dan punya banyak uang. Benarkah? Sesimpel itu kah kehidupan kita ini?


Padahal, menurut gua (dan gua yakin banyak orang yg setuju ma gua), kekayaan bukanlah tolak ukur mutlak kebahagiaan. Oke, memang untuk bisa makan kita butuh uang, tapi uang bukanlah segalanya dalam hidup. Kebahagiaan ga bisa kasih kita makan, tapi uang juga tidak bisa membeli kebahagiaan. Adil kan?

Dan sekarang kalo andaikan faktor uang ini kita hapus dari equation hidup kita, apakah hidup kita selama ini sudah bisa disebut berarti? Jika kita tidak punya uang, apakah yg masih bisa kita banggakan dari hidup kita ini? Sudahkah kita hidup bahagia, sesuai dengan keinginan kita?

Andaikan kita tidak dituntut untuk mencari uang, apakah yg akan kita lakukan dalam hidup ini? Ini lah pertanyaan yg harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Sebenernya, kita mau jadi apa sih? Apakah yg ingin kita capai di dalam hidup ini, yg tidak bisa dinilai dengan uang?

Gua jadi inget suatu adegan di film "Bucket List" di mana Morgan Freeman dan Jack Nicholson yg dua2nya sedang sekarat akibat kanker sedang duduk di puncak pyramid. Morgan Freeman bilang, bahwa orang Mesir percaya bahwa nanti setelah kita meninggal dan sampai di pintu surga, malaikat penjaga pintu surga hanya akan menanyakan dua hal kepada kita
"Sudahkah kita hidup bahagia?" dan
"Sudahkah kita membuat orang lain bahagia?"

Inget, kata2 gua ini bukan berarti bahwa lantas kita ga perlu kerja dan ga perlu cari uang. Kaga, bukan itu maksudnya. Tapi, gua adalah orang yg percaya bahwa jikalau di dalam hidup ini kita punya minat dan keahlian yg kita tekuni, maka uang juga akan datang dengan sendirinya. Jadi urutannya kebalik, bukan cari uang dulu baru kemudian bahagia, tapi bahagia dulu baru kemudian kebahagiaan itu akan membantu lu untuk menemukan hobi/minat yg "menghasilkan"

Gua kenal banyak orang yg memaksakan diri kuliahnya masuk ke jurusan2 yg "populer" tapi mereka ga suka, hanya demi mudah dapat kerja nantinya. Misalnya gua kenal seseorang yg dari kecilnya bercita2 dari fashion designer, tapi kemudian dia masuk akuntansi akibat tuntutan dari orang tua nya. Ga salah sih, toh orang tua juga sebenernya punya maksud baek, tapi...bukannya lebih enak kalo kita dapet uang dari sesuatu hobi yg kita sukai? Sekarang temen gua itu hidupnya berkecukupan, tapi dia sering ngeluh bahwa dia cape dan jenuh jadi akuntan karena dia sebenernya ga suka sama bidang pekerjaannya ini. Kasian kan?

Jadi KENALILAH DIRIMU, dan bentuklah hidup lu sebagai dengan apa yg lu inginkan, bukan dengan sesuai yg perusahaan butuhkan. Kejarlah impianmu dengan segenap hati. Inget, kita hidup cuma sekali. Uang masih bisa dicari, tapi kesempatan biasanya tidak datang dua kali. Setiap orang bisa kerja dan cari uang, tapi tidak setiap orang bisa menemukan kebahagiaan di dalam hidupnya.

Jadi, kalo kalian bisa hidup tanpa harus mikirin uang, kalian mau melakukan apa dengan hidup kalian ini? =)


Video sepanjang 3 menit yg mungkin akan mengubah cara pikir kalian tentang hidup...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang