Langsung ke konten utama

Aku dan Fistula, Sebuah Perjalanan "Cinta" (Part 2)


Lanjutan dari Part 1

Satu tahun di China, Fistula gua sempet kambuh hampir setiap 2-3 minggu sekali. Kalo kambuh, selangkangan gua agak bengkak, sakit, dan mengeluarkan darah. Tapi untungnya gua udah persiapan bawa obat dari Indonesia, jadi setiap kali Fistulanya kambuh dan tidak tertahankan, gua tinggal minum obat dan satu-dua hari akan langsung hilang bengkaknya. Kadang2 ga minum obat pun, bengkaknya akan sembuh sendiri setelah 1-2 hari. Kadangkala gua pencet sendiri bengkaknya supaya darah kotornya keluar lewat lubang yg tidak pernah menutup di pangkal paha gua. It wasn't a pleasant experience. Bener2 ga nyaman rasanya punya penyakit kayak gini.


22 Juli 2013
Hanya 3 hari setelah kepulangan gua ke Indonesia dari China gua langsung dibawa sama nyokap gua ke Singapore.

23 Juli 2013
Hari kedua di Singapore, gua diperiksa oleh Dr. Francis Liem di bagian Colorectal NUH (National University Hospital). Berbeda dengan dokter2 di Indonesia, dokter di sini tidak langsung menyarankan gua operasi. Walaupun udah liat Fistulanya secara "live" (if you know what I mean) dan lewat hasil MRI gua, dokter tetap menyarankan gua untuk tes Ultrasound keesokan harinya dan baru setelah itu mereka bisa kasih gua pilihan metode penyembuhan. Kalopun harus operasi juga ada beberapa metode dan mereka akan kasih gua pilihan tergantung hasil Ultrasound nya.

24 Juli 2013
Gua menjalani tes Ultrasound dan sekitar satu jam setelah Ultrasound, dokter Francis manggil gua dan mama gua. Menurut dokter, Fistula gua termasuk Fistula kompleks dan satu2nya cara penyembuhannya memang hanya melalui operasi. Metode operasi yg disarankan ada dua, yaitu lewat Fistulotomy atau metode "LIFT".

Metode yg paling umum untuk menyembuhkan Fistula adalah Fistulotomy di mana jalur Fistula itu "dibuka" dan dibiarkan menutup sendiri dengan alami. Aman, cepat sembuh, dan tidak begitu menyakitkan. Tapi, secara pribadi, dokter tidak menyarankan gua melakukan Fistulotomy karena Fistula gua letaknya dekat dengan otot2 pantat di mana jika otot2 tersebut "dibelah" melalui Fistulotomy, maka ada kemungkinan di masa depan kelak gua bisa mengalami kesulitan menahan buang air besar.

Fistulotomy

Dokter menyarankan gua menggunakan metode "LIFT" di mana singkatnya mereka akan "mematikan" kedua ujung saluran fistula gua untuk menghentikan infeksi dari faktor2 eksternal dan kemudian saluran tengahnya dijahit hingga menutup sendiri. Dokter juga bilang, operasi yg ini lumayan menyakitkan dan penyembuhannya bakal makan waktu lumayan lama, tapi 75% berhasil dan Fistula gua tidak akan kambuh lagi selamanya.

Dokter kasih gua waktu satu hari untuk mikir dan begitu pulang dari rumah sakit, hal pertama yg gua lakukan adalah googling soal metode "LIFT" di Internet...dan kemudian gua menyesal. Metode LIFT adalah metode terbaru penyembuhan Fistula yg baru ditemukan satu dekade terakhir. Fistula adalah penyakit yg susah sembuh dan sering banget gua denger cerita bahwa Fistula nya masih bisa kambuh setelah operasi. Nah, melalui metode LIFT ini, tingkat keberhasilannya lebih tinggi dan 75% Fistulanya ga akan kambuh lagi.

Terus apa masalahnya? Masalahnya...image2 operasi metode "LIFT" yg gua temukan di Internet terlihat begitu menakutkan dan menyakitkan. Gua sampe merinding waktu liat video proses operasinya di Youtube. Astaga, serem banget deh pokoknya. Tapi yg jelas, Mama gua udah mati2an nabung untuk bisa bawa gua operasi ke Singapore, gua ga boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Malem itu juga gua langsung kirim e-mail ke Dokter Francis dan menyatakan bahwa gua siap untuk dioperasi.

LIFT Technique

29 Juli 2013
Gua datang ke rumah sakit, siap untuk operasi. Setelah beresin pembayaran ini itu, gua dibawa masuk ke "ruang tunggu operasi" di mana gua diminta ganti baju pake pakaian yg udah disiapin rumah sakit. Baju pasien operasi yg gua pake persis sama seperti yg gua liat di film2. Gua makin deg2an, sampe saking deg2annya, waktu dicek tekanan darah, tekanan darah gua langsung tinggi banget! Suster orang India yg ngecek tekanan darah gua sampe ketawa terus bilang ke gua supaya jangan nervous karena nanti biusnya adalah bius total.

Iya sih, memang kalo bius total katanya gua ga akan ngerasa apa2 pas dioperasi, tapi tetep aja gua takut. Gimana kalo ntar dosisnya kurang sehingga gua terbangun di tengah2 operasi? Mana waktu operasi katanya mulut kita akan dimasukin selang oksigen sampe ke pangkal tenggorokan. Gimana kalo gua bangun terus langsung tersedak gitu? Pokoknya sejuta pertanyaan berkecamuk di kepala dan gua jadi tambah stress.

Gua nunggu lamaaa banget, hampir dua jam, baru kemudian nama gua dipanggil, disuruh tanda tangan "surat persetujuan" di atas meterai, dan kemudian gua pun digiring pake kursi roda. Mama dan adik gua nemenin gua sampe depan ruang operasi. Dan setelah cium pipi kiri-kanan, gua pun menarik nafas dalam dan masuk ke situ.

Gua tiba di sebuah ruangan raksasa yg terlihat sangat angker dan dingin. Suster yg nganterin gua masuk pun menghilang entah ke mana dan gua pun terdiam sendiri. Banyak banget dokter bermasker lalu-lalang dengan sibuk. Ada banyak ranjang pasien portable dan aneka ragam peralatan di sana.

Tidak berapa lama kemudian gua disamperin oleh seorang dokter perempuan, Chinese, masih muda, pake kacamata, dan yg paling penting...CANTIK! Dengan suara lembut (atau setidaknya itu yg gua rasakan) dia tanya nama gua, umur, tanggal lahir, alamat rumah, apakah gua ada alergi terhadap obat tertentu, dan apakah gua tau apa penyakit gua dan prosedur apa yg akan mereka lakukan ke gua. Waktu dia tanya2 itu, gua ga gitu konsen sama pertanyaan dia, malah sibuk ngeliatin muka dia yg cantik dan label nama yg tertera di dada kirinya : Fiona Zhang. Yup, gua liat label namanya kok, bukan dadanya. Suer!

Anyway, temen2 harus inget suster yg satu ini ya, karena dia akan punya peranan penting nantinya.

Penampakan Fiona, kurang lebih begini

Setelah Fiona pergi, gua kembali disamperin oleh entah dokter entah suster. Seorang wanita India tua yg menanyakan gua pertanyaan yg sama yg telah ditanyakan Fiona tadi. Gua jawab sama persis, hanya dengan suara tidak selembut ketika tadi menjawab pertanyaan Fiona (iya donk, maklum). Tak lama kemudian dia pergi, dan seorang dokter pria kembali datang dan menanyakan hal yg sama. Gua ga abis pikir, kenapa ya mereka nanya pertanyaan kayak gitu sampai tiga kali? Adakah anak kedokteran di sini yg bisa bantu jawab pertanyaan gua ini?

Anyway, setelah itu gua kembali dicek tekanan darahnya (kali ini normal) dan disuruh berbaring di atas sebuah ranjang portable, kemudian ranjang itu mereka dorong masuk ke dalam sebuah pintu. Ruangan di balik pintu itu semuanya serba putih. Gua disuruh pindah dari ranjang portable tadi ke sebuah ranjang yg berada di bawah sebuah lampu raksasa. Gua liat kiri kanan gua, semuanya penuh peralatan yg gua pun ga kebayang apa fungsinya. Pisau2 bedah dan aneka ragam alat jepit tertata rapi di sebelah kanan gua. Gua menelan ludah, mulai stress.



Gua liat kiri kanan gua, ada sekitar 7-8 orang dokter mengenakan pakaian operasi seperti di film2. Satu orang cowo India, dua orang cowo Chinese, empat orang cewe India, dan Fiona! Gua seneng banget waktu liat dia, tapi rasa senang gua itu pudar dengan segera sangat gua tersadar akan suatu hal. Dokter Francis mana ya? Kok gua ga liat dia daritadi?

Kekhawatiran gua itu pun teralihkan di saat secara mendadak, dokter cowo India di samping gua, melucuti pakaian gua. Gua mulai panik, tadinya gua pikir gua bakal dibius dulu sebelum ditelanjangi begini. Tetapi ternyata tidak. Tangan dokter itu bergerak dengan cepat dan tangkas hingga dalam sekejab, satu2nya benda yg tersisa di tubuh gua hanyalah sehelai selimut yg menutupi bagian perut ke bawah gua. Gua tambah shock waktu liat dokter2 di depan gua sedang mempersiapkan dua buah strap penggantung di mana nantinya waktu operasi gua akan ngangkang dengan kedua kaki terikat ke langit2.

Di saat panik itu, tiba2 Fiona membelai kepala gua sambil tersenyum dan berkata "Tenang ya, everything would be okay" Kemudian di saat dua dokter cewe di samping gua menyuntikkan semacam cairan ke tangan gua, Fiona memasangkan sebuah masker pernafasan ke wajah gua.
"Hirup ya, ini oksigen" kata dia. Tapi sebagai seorang mantan anak IPA, gua hafal banget bau yg gua hirup saat itu. Bau Chloroform. Gua bakal pingsan beberapa saat lagi nih, pikir gua.

Di saat itu, mendadak seorang dokter laki2, Chinese, masuk ke ruangan, dan bilang gini ke gua
"Saya dokter Tjong. Dokter Francis kecelakaan, jadi saya yg akan menggantikan dia untuk melakukan operasi terhadap kamu hari ini"


Gua kaget, tapi kemudian mendadak pandangan gua menjadi kabur. Hal terakhir yg gua lihat adalah wajah Fiona yg sedang membelai2 rambut gua, kemudian segalanya menjadi gelap...

(To be continued...)

PS : Gua masih SANGAT TIDAK MENYARANKAN temen2 untuk googling "Fistula", "Fistulotomy", atau "Fistula LIFT Prochedure" di Google, apalagi liat videonya di Youtube. Gambar2nya semua sangat mengerikan dan tidak sedap dipandang. Jangan deh. Mending googling "Emotional Flutter" atau "Fan Bingbing" aja ;p

PS2 : Btw jangan lupa ikutan GIVEAWAY 4th ANNIVERSARY Emotional Flutter ya! Waktunya tinggal seminggu lagi lho! Dapatkan hadiah2 menarik dari China ;p

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang