Langsung ke konten utama

Five Life Changing Moments in My Recent Years (Part 1)


Pernah ga lu berkontemplasi atas kehidupan lu beberapa tahun terakhir dan menyadari bahwa ternyata ada beberapa hal yg menjadi "Life changing moments", sesuatu yg menyebabkan perubahan di dalam hidup lu sehingga lu menjadi diri lu yg ada hari ini? "Life changing moments" itu mungkin berupa sebuah kejadian yg lu alami, mungkin berupa sebuah pilihan yg lu ambil, dan kadang mungkin juga merupakan pertemuan dengan seseorang...seseorang yg mungkin bukan orang yg paling menyenangkan yg pernah lu temui, tapi pertemuan dengan orang itulah yg menyebabkan perubahan besar di dalam hidup lu.


Dalam kisah yg ingin gua bagikan kepada temen2 pembaca semua hari ini, "Life changing moments" gua adalah pertemuan gua dengan seseorang, yg bahkan namanya enggan gua sebut di hadapan temen2 gua hingga hari ini, karena betapa buruk dan menyakitkan kesan yg ia tinggalkan di dalam hidup gua. Tapi pertemuan dengan dia inilah yg menjadi awal dari perputaran roda nasib di alam hidup gua beberapa tahun terakhir ini. Gua sebenernya enggan untuk mengakui, tapi andaikata gua tidak bertemu dengan orang ini, mungkin tidak akan ada diri gua yg hari ini.

So yeah, meskipun bukan sebuah kisah yg menyenangkan, gua harap temen2 pembaca semua bisa mendapatkan sesuatu dari pengalaman gua ini. Selamat membaca!

Part 1

If you don't like something change it; if you can't change it, change the way you think about it.  ~Mary Engelbreit

Tahun 2010 adalah tahun terburuk bagi kehidupan cinta gua. Meskipun gua udah sering mengalami yg namanya putus cinta dan ditolak, tapi tetep belum setragis yg gua alami di tahun 2010. Untuk pertama kalinya seumur hidup gua mengalami yg namanya "digantungin", "diberi harapan palsu" (atau istilah kerennya di-PHP-in), dan "dimanfaatin".

Oke, gua tau bahwa sejak dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir (mengutip kata2 favoritnya Ti Pat Kay di serial Kera Sakti waktu jaman gua SMP) tapi sebelum gua mengalami sendiri, gua ga pernah nyangka bahwa yg namanya manusia tuh bisa begitu teganya mempermainkan dan menginjak2 perasaan orang. Dia kasih gua harapan, bikin gua merasa dibutuhkan, bikin gua merasa dicintai. Dia angkat gua, kemudian dia hempaskan gua ke tanah sampai hancur berkeping2. Memang ini bukan salahnya gravitasi sih. Memang udah hukum alam kalo semakin tinggi kita terbang, semakin sakit di saat kita jatuh. Dan cewe yg satu ini, tampaknya bener2 memahami cara mengeksploitasi hal ini.

Dan ya, untuk pertama kalinya di dalam hidup...gua belajar "membenci" orang yg pernah gua cintai itu...

Jangan salah, gua pernah ditolak, gua pernah jadian dan putus, tapi hubungan gua dan semua "mantan" gua itu baik2 saja karena gua punya prinsip bahwa sekali kita mencintai seseorang, maka selamanya kita akan terus mencintai orang itu, meskipun orang itu pada akhirnya tidak menjadi milik kita. Mencintai di sini maksudnya bukan terus2an terobsesi sama orang itu, bukan, tapi bagaimana kita menghargai "kisah" di antara kita berdua dengan cara tidak pernah membenci atau mengata-ngatain mereka di belakang. Tapi orang yg satu ini menyakiti gua sedemikian parah, sehingga dari yg awalnya sayang, lama2 gua jadi benci.

Lalu apakah gua merasa lega setelah gua membenci orang itu? Ternyata tidak, kawan. Ternyata membenci seseorang itu, apalagi seseorang yg pernah kita sayang, rasanya sangatlah tidak enak. Setiap denger nama dia, mood gua langsung berubah jadi muram. Setiap liat foto gua bareng dia, gua langsung muak karena gua mulai menyadari bahwa ternyata dia ga cantik sama sekali, jelek malahan. Setiap inget waktu2 yg gua lalui bersama dia...tempat2 yg pernah gua datangi bersama dia...ada rasa perih di dalam hati ini. Membenci seseorang itu, membuat kita tidak bahagia...

Di tengah2 masa kegelapan inilah gua teringat obrolan gua dan seorang temen baek gua, sebut saja si Sumpit. Waktu itu kira2 tahun 2007-2008 dan gua baru aja ditolak oleh seorang cewe yg gua suka. Sumpit ngajakin gua yg lagi "berduka" maen ke kostnya dan kemudian dia cerita ke gua soal pengalaman pribadinya dan bagaimana kemampuan untuk "positive thinking" bisa membantu dia melewati masa2 tersulit di dalam hidupnya tersebut.

"Mungkin ini cara Tuhan untuk ngasih tau lu bahwa cewe ini bukan jodoh lu, Ven."
Kata2 si Sumpit itu terngiang2 di kepala gua. Iya ya, gua pikir, ini cewe tega menjual harapan palsu dan manfaatin orang...untung gua taunya sekarang, bukan nanti seudah married. Mimpi buruk apa gua kalo nanti dapet calon istri yg kelakuannya kayak gini?

Mungkin ini cara Tuhan untuk menyelamatkan gua dari jalan yg salah. Mungkin ini cara Dia untuk bilang, "Ven, nanti Aku bakal ketemuin kamu sama cewe yg kamu idam-idamkan. SABAR. Jangan jadian sama yg ini..."

Dan dalam sekejab, semua rasa sedih, sakit, kecewa, benci yg gua rasakan saat itu sirna begitu saja...bagaikan larut terbawa air...bak toilet yg baru diflush, hahaha. Ajaib banget bagaimana sebuah perubahan pola pikir di otak bisa membawa sebuah perubahan yg besar di dalam hidup kita. Ternyata memang bener bahwa dalam hidup ini tidak ada kesulitan yg tidak bisa kita hadapi...semuanya hanya tergantung bagaimana kita memandang masalah tersebut.

Hari itu, gua bertekad untuk belajar berpikir positif...POSITIVE THINKING...tidak peduli sepahit apapun kesulitan yg gua alami...

Dan perjuangan gua untuk membiasakan diri gua belajar berpikir positif inilah yg akan membawa gua menuju perubahan2 besar di dalam hidup gua selanjutnya...

(To be continued...)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang ...

Emotional Flutter 30 Days Blogging Challenge - Closing

Halo semuanyaaaa...aduh sori banget, udah hampir sebulan kaga aktif nulis blog nih. SIBUK BUK BUK... Pulang ke Indo liburan Sin Ciah malah tambah sibuk di rumah, sampe mood nulis blog, nonton film, dll bener2 LENYAP...NYAP...NYAP...wew Sabar ya, tgl 15 Februari nanti gua bakal balik ke Guilin, dan di sana gua pasti kembali aktif nulis, hehehe. Janji deh! Soal Tantangan 30 Hari Nulis Blog ...ternyata gua sendiri GAGAL ngelaksanainnya, mentok sampe hari ke-7 belom lanjut lagi dan tiba-tiba udah lewat waktu deadline lagi...hiks... Draftnya udah sampe hari sekian belas, tapi belom ada yg rampung. Kalo ga ada mood gini memang susah mau menghasilkan tulisan yg bermutu nih. Memang yg namanya berkomitmen itu sulit ya (jadi mikir dua kali, mending nikah atau ngga ya...) Tapi thank you banget ya buat yg udah ikutan, kalo dihitung-hitung total pesertanya lebih dari 70 orang lho! (Ntar daftarnya gua update lagi ya kalo udah sampe China) Oya, so far, ada beberapa orang blogger yg lapor gua bahwa m...

Twenty Eight

Beberapa bulan yg lalu, waktu gua ngucapin selamat ulang tahun ke seorang sahabat yg saat ini umurnya sudah mendekati kepala tiga, gua mendapati bahwa dia tampak tidak begitu bahagia menghadapi hari ulang tahunnya tersebut. Dia bilang, tidak tahu sejak kapan mulainya, tapi ulang tahun kini sudah bukan lagi merupakan sebuah hal yg menyenangkan bagi dia. Buat dia, ulang tahun seolah menjadi sebuah reminder akan satu tahun yg telah berlalu dan juga reminder akan hal-hal yg belum dia capai di usia dia pada saat ini. Ambil contoh misalnya Mark Zuckerberg, sang pendiri Facebook. Dia usia kepala dua, Zuckerberg berhasil menjadi multi-milyuner, sementara sahabat gua ini di usianya yg hampir mendekati kepala tiga, nyicil beli mobil aja belum kesampean. Gua ngerti sih perasaan dia, gua yakin ga cuma sahabat gua seorang yg terkena krisis identitas di saat umur mendekati kepala tiga. Gua yakin di antara temen-temen pembaca sekalian juga banyak yg berpikir begitu...gua pun tidak jauh berbeda. Gua ...