Langsung ke konten utama

Five Life Changing Moments in My Recent Years (Part 2)


(Lanjutan dari part 1)

Hidup itu unik, kawan. Tidak bisa diterka, selalu penuh kejutan. Kadangkala di saat kita sedang sibuk mengejar suatu hal, kita menemukan sesuatu yg lain, sesuatu yg mungkin tidak pernah kita duga, tidak pernah kita pikirkan, tidak pernah kita inginkan, namun ternyata sesuatu itulah yg pada akhirnya membawa perubahan besar bagi hidup kita.

Di post kali ini gua mau cerita tentang bagaimana caranya meraih kesempatan, menghargai waktu, membuat sesuatu yg tidak menyenangkan menjadi menyenangkan, dan tentang bagaimana sebuah pilihan yg lu ambil, dapat mengubah hidup lu untuk selama-lamanya...

Part 2

Our happiest moments as traveler always seem to come when we stumble upon one thing while in pursuit of something else. — Lawrence Block

Tahun 2011, gua memutuskan untuk cuti kuliah untuk magang di Jakarta. Sebenernya ini pilihan berat, karena dengan cuti setengah tahun, berarti gua bakal berpisah jalan dengan sahabat2 baik gua di kuliah. Mereka bakal lulus setengah tahun lebih cepet dari gua, mampukah gua melewati semester terakhir gua di kuliah sendirian? Tapi setelah dipikir2, ini kesempatan langka untuk mengembangkan pengalaman gua sebagai seorang desainer, bisa magang di sebuah perusahaan advertising ternama bertaraf internasional, ga semua orang bisa punya kesempatan kayak gini. Akhirnya, gua memutuskan untuk cuti dan untuk pertama kali, tinggal jauh dari orang tua...

Gua ga suka kota Jakarta (maaf kepada temen2 pembaca dari Jakarta, tapi ini ungkapan jujur hati gua pada saat itu). Panas, macet, sumpek...pokoknya bener2 kebalikan dari kampung halaman gua tercinta, Bandung. Karena itu, minggu2 pertama di Jakarta bener2 beban berat buat gua. Untungnya, ada beberapa temen SMA gua yg pada saat itu juga sedang merantau di Jakarta. Merekalah yg selalu setia menemani, menghibur, dan membantu gua di saat gua mengalami kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di ibukota yg keras ini.

Di kantor, gua lebih banyak nganggur daripada dapet kerjaan. Maklum, advertising agency bertaraf internasional, tentunya mereka punya banyak desainer2 handal yg kemampuannya jauh di atas gua yg masih mahasiswa. Akibatnya, gua jarang banget disuruh ngedesain. Task yg paling sering gua dapet adalah disuruh nyari gambar bebas copyright di Internet atau betulin detail2 kecil di hasil desain punya orang laen. Sungguh bertolak belakang dengan agency kecil tempat gua magang sebelumnya di mana desain A sampai Z semuanya gua yg kerjain. Sibuk, cape, tapi gua seneng bisa berkontribusi.

Gua sih ga ngeluh disuruh ngerjain desain kecil2an, yg paling menyiksa gua adalah saat2 di mana ga ada kerjaan. Awal2 gua masuk, kantor lagi sibuk2nya, gua sampe sering lembur dan begadang, bantuin desainer senior nyariin gambar dan ngecrop gambar. Tapi di bulan kedua, kerjaan mulai agak sepi, akibatnya gua sering banget nganggur. Seminggu lima hari kerja, paling gua cuma dapet kerjaan di hari Jumat. 4 hari sisanya? Bengong. Tiap hari harus duduk di sana, menanti detik2 berlalu hingga jam pulang kantor, sungguh tersiksa rasanya.

Di saat2 nganggur seperti itulah akhirnya gua memutuskan untuk serius ngeblog. Kalo facebookan dll kan ga enak diliatin orang kantor, tapi kalo nulis di MS Word, apalagi tulisannya panjang2, kan keliatannya seperti lagi kerja, hehehe. Gua mulai rajin ngepost, rajin blogwalking, aktif di komunitas ngeblog, dan berkat itulah blog gua yg tadinya sebulan cuma ada 18 orang yg baca, sekarang setiap hari ada sekitar 200+ orang yg baca dan 20+ komentar yg masuk. Blog mana yg gua maksud? Tidak bukan dan tidak lain adalah Emotional Flutter yg saat ini sedang temen2 baca, hehehe.

Kalo gua ga pernah terdampar di ibukota, gua ga akan pernah serius menekuni dunia tulis menulis. Dan kalo gua ga pernah serius nulis, mungkin Emotional Flutter ga akan jadi seperti hari ini =)

Postingan pertama gua di saat magang
http://claude-c-kenni.blogspot.com/2011/01/first-day-magang.html

Tapi ga cuma itu yg gua dapatkan dari pengalaman gua terdampar di ibukota. Setelah gua magang untuk sekitar dua bulan, karena kiriman uang yg tidak begitu lancar dari rumah (dan karena magang itu tidak digaji), gua yg tadinya makan tiga kali sehari, di akhir bulan seringkali harus mengurangi jadi dua hari sekali. Itu pun kadang terpaksa beli di pinggir jalan atau fast food untuk berhemat. Nasi goreng gerobak seharga 7ribu, paket hemat Hoka Hoka Bento seharga 10rb, dan pernah juga akibat banjir (dan juga bokek), selama 3 hari gua makan roti tawar polos pagi siang malem. 

Pola makan yg tidak begitu sehat, makanan yg tidak bersih, polusi, ditambah cuaca Jakarta yg tidak menentu, membuat kesehatan gua drop di bulan ketiga. Akibatnya gua jadi sering bolos ngantor akibat sakit, malah pernah karena sakit perut parah (gua pikir gua kena Usus Buntu waktu itu), gua pulang ke Bandung di tengah2 jam kerja dan harus bolak balik rawat jalan selama dua minggu akibat dicurigai terkena infeksi usus. Akibat sering ga masuk kantor, supervisor gua di kantor pun ngecap gua "males" dan kerjaan yg gua terima pun semakin dikit, gua makin sering bengong di kantor.

Kreativitas dikala bosen di kantor

Di tengah2 masa sulit itu, suatu pagi, ada sebuah telepon yg mengubah hidup gua untuk selama-lamanya. Paman gua dari Amrik telepon ke Mama gua, dia (yg adalah seorang dosen dan arsitek ternama) menawari adik gua yg saat itu baru lulus SMA untuk ikut study tour ke China selama satu setengah bulan. Begitu gua denger, kuping gua langsung panas. Kenapa yg ditawarin kok adik gua, bukan gua, itu jerit gua dalam hati...tapi sebenernya gua tau jawabannya. Waktu gua kecil (meskipun gua ga inget apa2 karena masih kecil), Papa gua pernah bawa gua jalan2 ke China dan Singapore, sementara adik gua belum pernah ke luar negeri sama sekali.

Namun jawaban adik gua berikutnya itulah, yg akan mengubah segalanya. Waktu Mama gua nawarin ke adik gua, dia NOLAK, dengan alesan dia udah banyak acara, pesta perpisahan dengan temen2 SMA nya, dan lain sebagainya. Gua dan Mama gua kaget denger jawaban dia. Mama gua nanya dia sekali lagi, mencoba meyakinkan dia bahwa dia serius sama jawaban dia, dan dia kembali menegaskan bahwa bagi dia, saat itu, lebih penting bisa menghabiskan waktu bersama temen2 SMA nya daripada ikut study tour ke luar negeri.

Setelah denger jawaban dia untuk kedua kalinya, gua langsung nanya ke adik gua, "Lu keberatan ga kalo gua yg pergi?" Dia bilang dia ngga keberatan. Gua langsung salaman sama dia, tanda kesepakatan antara dua laki-laki, bahwa dia ga boleh berubah pikiran lagi setelah itu. Setelah itu, gua langsung dateng ke Mama gua dan bilang dengan berapi2 
"Ma, AKU MAU PERGI!" 
Mama gua cuma senyum karena dia tau bahwa anak sulungnya yg satu ini dari kecil memang udah punya hasrat bertualang yg tinggi, langsung telepon Paman gua di Amrik dan Paman gua dengan senang hati menerima gua untuk ikut rombongan study tournya.

"Welcome aboard, Keven..." kata2 Paman gua hari itu, hingga saat ini masih terngiang2 di kepala gua. Sebuah kalimat yg akan mengubah hidup gua untuk selama2nya.

Hari itu juga gua langsung pergi bikin passport, dan beberapa hari seudahnya, gua resign dari kantor gua. Meskipun kesannya gila, tapi gua yakin pilihan gua hari itu ga salah, mengapa?
1. Kampus hanya mewajibkan gua magang selama 200 jam, dan gua udah magang selama 4,5 bulan di Jakarta. Ditambah lagi, setahun sebelumnya, gua udah pernah magang juga di Bandung selama 2 bulan. Kewajiban gua udah lunas. 
2. Gua pergi ke China bulan April-May. Temen2 semua tentu tahu bahwa dalam agenda perkuliahan di Indonesia, bulan May itu adalah masa2 ujian akhir semester. Kalo bukan karena gua lagi cuti kuliah, mana mungkin gua bisa pergi? Ini kesempatan langka.
3. Study tour satu setengah bulan ke China, gratis, bersama mahasiswa2 dari mancanegara. KAPAN LAGI gua bisa dapet kesempatan kayak gini???

And the rest is history. Satu bulan setelah itu, gua pun terbang ke China. Temen2 pembaca setia Emotional Flutter pasti udah tau apa yg terjadi setelah itu.



Jadi, siapa yg sangka bahwa pilihan nekad gua untuk magang di Jakarta, akan membawa gua untuk menemukan passion gua di dalam hidup? Kehidupan gua di Jakarta selama 4 bulan itu adalah salah satu masa2 paling berat yg pernah gua alami dalam hidup, tapi semua itu juga ga sia2. Tiap kali menemukan kesulitan, gua berusaha memegang teguh prinsip "Positive Thinking" yg pernah gua ceritain di post sebelumnya. Pernah gua merasa ingin menyerah, tapi tiba2 Tuhan mempertemukan gua dengan seorang gadis penjual krupuk yg perjuangan gigihnya menginspirasi gua untuk terus bertahan di Jakarta sampai akhir.

Di Jakarta ini gua belajar hidup mandiri. Banyak hal2 seru yg gua alami dan semua itu mendorong gua untuk mulai serius menekuni aktivitas ngeblog, sehingga hari ini, 4 tahun kemudian, temen2 pembaca bisa baca tulisan ini di Emotional Flutter. Akibat magang di Jakarta juga, gua jadi ada kesempatan untuk pergi ke China. Dan kepergian gua ke China saat itu, mengubah hidup gua untuk selama2nya. 

Dunia gua yg pada awalnya hanya sebatas kehidupan gua sehari2, mendadak jadi begitu luas. Bertukar pikiran dengan teman2 dari aneka ragam negara dan budaya, pandangan gua jadi terbuka. Impian gua yg tadinya sesederhana lulus kuliah -> kerja -> married pun berubah drastis. Sekarang impian gua adalah...gua pengen punya sayap. Gua pengen terbang ke seluruh pelosok dunia, berteman dengan banyak orang, melihat dan merasakan kehidupan di tengah masyarakat dan budaya yg berbeda.

Dan kalo gua ga pernah pergi ke China, gua ga akan pernah ketemu dan jatuh cinta dengan seorang gadis cantik penjual Zhen Zhu Nai Cha... =)

To be continued...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang ...

Emotional Flutter 30 Days Blogging Challenge - Closing

Halo semuanyaaaa...aduh sori banget, udah hampir sebulan kaga aktif nulis blog nih. SIBUK BUK BUK... Pulang ke Indo liburan Sin Ciah malah tambah sibuk di rumah, sampe mood nulis blog, nonton film, dll bener2 LENYAP...NYAP...NYAP...wew Sabar ya, tgl 15 Februari nanti gua bakal balik ke Guilin, dan di sana gua pasti kembali aktif nulis, hehehe. Janji deh! Soal Tantangan 30 Hari Nulis Blog ...ternyata gua sendiri GAGAL ngelaksanainnya, mentok sampe hari ke-7 belom lanjut lagi dan tiba-tiba udah lewat waktu deadline lagi...hiks... Draftnya udah sampe hari sekian belas, tapi belom ada yg rampung. Kalo ga ada mood gini memang susah mau menghasilkan tulisan yg bermutu nih. Memang yg namanya berkomitmen itu sulit ya (jadi mikir dua kali, mending nikah atau ngga ya...) Tapi thank you banget ya buat yg udah ikutan, kalo dihitung-hitung total pesertanya lebih dari 70 orang lho! (Ntar daftarnya gua update lagi ya kalo udah sampe China) Oya, so far, ada beberapa orang blogger yg lapor gua bahwa m...

Twenty Eight

Beberapa bulan yg lalu, waktu gua ngucapin selamat ulang tahun ke seorang sahabat yg saat ini umurnya sudah mendekati kepala tiga, gua mendapati bahwa dia tampak tidak begitu bahagia menghadapi hari ulang tahunnya tersebut. Dia bilang, tidak tahu sejak kapan mulainya, tapi ulang tahun kini sudah bukan lagi merupakan sebuah hal yg menyenangkan bagi dia. Buat dia, ulang tahun seolah menjadi sebuah reminder akan satu tahun yg telah berlalu dan juga reminder akan hal-hal yg belum dia capai di usia dia pada saat ini. Ambil contoh misalnya Mark Zuckerberg, sang pendiri Facebook. Dia usia kepala dua, Zuckerberg berhasil menjadi multi-milyuner, sementara sahabat gua ini di usianya yg hampir mendekati kepala tiga, nyicil beli mobil aja belum kesampean. Gua ngerti sih perasaan dia, gua yakin ga cuma sahabat gua seorang yg terkena krisis identitas di saat umur mendekati kepala tiga. Gua yakin di antara temen-temen pembaca sekalian juga banyak yg berpikir begitu...gua pun tidak jauh berbeda. Gua ...