Langsung ke konten utama

Things That I Know To Be True (Part 1)

“活到老,学到老”

Terinspirasi dari postingannya Yoan...

Gua tau bahwa yg namanya hidup itu tidak sebatas hitam putih. Terkadang ada hal yg tidak bisa kita pahami tidak peduli seberapa banyaknya kita belajar pun. Gua menghabiskan 25 tahun hidup gua untuk mencoba memahami apa sebenarnya hidup ini dan berkali2 pula gua "ditampar" oleh hidup di saat prinsip dan kepercayaan yg gua pegang digonjang-ganjing oleh aneka ragam suka duka kehidupan.


Berkali2 gua jatuh dan bangun, berkali2 gua merasa bahwa gua cuma muter2 di sebuah siklus tak berujung, di mana setelah berlari sedemikian jauh, gua menemukan bahwa diri gua masih berdiri di tempat sama di mana gua mengawali segalanya. Tapi, biarlah orang bilang gua naif, gua tetep percaya bahwa jika gua terus berjalan, suatu hari gua akan menemukan happy ending yg gua cari selama ini.

Berikut ini hanyalah segelintir, segelintir dari nilai2 kehidupan yg berhasil gua raih. Di mana di tengah2 kicau kacaunya kehidupan yg penuh dengan ambiguitas, hal2 ini adalah sebuah "kenyataan" dan "prinsip" yg gua pegang teguh. Dan gua yakin, setidaknya bagi gua pribadi, hal2 ini telah terbukti benar adanya...


1. Our background and circumstances may have influenced who we are, but we are responsible for who we become.

Dalam hidup, ironisnya gua banyak nemuin banyak orang yg hidup sebagai "bajingan" dengan kesadaran penuh. Maksud gua, mereka tahu bahwa yg mereka lakuin itu salah, tapi hal itu tetep aja mereka lakuin. Oh, dan tentu saja, mereka juga punya alasan yg kuat mengapa mereka memilih jalan hidup sebagai "bajingan", misalnya :
"Keluarga gua broken home, makanya gua males sekolah, males kerja. Biar seluruh dunia tau bahwa ortu bajingan tuh menghasilkan anak bajingan."
"Bonyok gua dulu miskin, makanya buat gua cari cowo yg berduit adalah segala-galanya"
"Waktu kecil gua sering dipukulin sama bokap, makanya sekarang gua seneng mukulin istri gua"
Dan lain sebagainya...

Gua tidak memungkiri bahwa keadaan keluarga dan lingkungan sekitar punya pengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, tapi pada akhirnya, diri lu sendiri lah yg menentukan mau ke mana hidup ini lu bawa. Manusia bukan batu, dia punya akal budi dan panca indera yg utuh. Kalo lu ga suka dengan masa lalu lu, ya ubahlah diri lu jadi lebih baik, supaya di masa depan keluarga dan anak lu punya kehidupan yg lebih baik, bukankah begitu logikanya? Orang yg hanya bisa menyalahkan masa lalu atau orang lain untuk kegagalan hidupnya adalah LOSER sejati. 

Success is an attitude, not a destination.  
SUKSES adalah sebuah sikap, bukan sebuah tujuan akhir.



2. We are responsible for what we do, no matter how we feel.

Kadang di saat emosi, seorang manusia bisa melakukan hal2 yg di luar kewajaran. Berapa sering kita denger seorang pembunuh, pemerkosa, atau pencuri yg menggunakan alasan "khilaf" atau "emosi tidak stabil" sebagai pembenaran atas tindakannya? Contoh lain, tindakan anarkis yg dilakukan oleh para pendemo yg terbawa provokasi, atau arak2an liar di jalan raya yg dilakukan para pelajar yg baru lulus SMA.

Ga peduli kita lagi sedih, seneng, marah, apapun emosi yg kita rasain, kita tetap harus bertanggung jawab penuh atas segala tindakan kita. Mungkin di rumah bisa aja kita kurang ajar ke orang tua dengan alesan lagi "bad mood", tapi percaya deh, di dalam kehidupan bermasyarakat nanti, ga akan ada orang yg mau nerima alesan kayak gitu. Sekali kita ga bisa ngontrol emosi, kita bisa kehilangan segalanya.

So yeah, ga peduli apapun emosi yg lu rasain, pikir baik2 sebelum bertindak. Jaga ucapan dan sikap terhadap orang lain, pikir dulu sebelum update status atau ngetweet, jangan nyetir ugal2an kalo lagi emosi, tahan hawa nafsu di saat sedang berinteraksi dengan lawan jenis, dan lain sebagainya. Jangan biarkan emosi sesaat merusak kehidupan jangka panjangmu...

“Before you act, listen.
Before you react, think.
Before you spend, earn.
Before you criticize, wait.
Before you pray, forgive.
Before you quit, try.”  
~ Ernest Hemingway ~



3. You cannot make someone love you. All you can do is be someone who can be loved. The rest is up to them.

"Kenapa dia tidak mencintai gua?"
Udah ribuan, bahkan jutaan kali, gua denger pertanyaan ini dilontarkan. Lewat update di dunia maya, lewat lagu, lewat puisi, dan lain sebagainya. Gua juga dulu sering bertanya2 mengenai hal ini. Tapi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur, plus berkali2 jatuh cinta dan kandas mengenaskan, akhirnya gua ngerti bagaimana "cara kerjanya cinta".

Kita tidak bisa bikin seseorang mencintai kita. Yah, sebenernya bisa sih, kalo kita punya keahlian khusus yg bisa memanipulasi pikiran seseorang. Tapi untuk sebagian besar manusia di dunia yg lahir normal dan tidak punya kekuatan super, hal yg satu ini adalah mutlak adanya. Dengan menyadari hal ini, harusnya mulai sekarang kita bisa berhenti berusaha untuk "menuntut" orang yg kita cintai untuk mencintai kita. Bukan begitu cara mainnya, kawan.

Yg bisa kita lakukan hanyalah berusaha menjadi seseorang yg menarik, yg berharga, yg layak untuk dicintai, sambil berharap bahwa orang yg kita cintai itu akan memilih kita di antara milyaran manusia di dunia. Ga gampang? Betul sekali. Sejak dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir (mengutip kalimat favoritnya Ti Pat Kay dari serial Kera Sakti). Tapi karena tidak mudah diraih itulah, cinta menjadi sesuatu yg berharga, setuju ga? 

Karena itulah, stop ngegalau di dunia maya, GA ADA GUNANYA. Gua kasih tau nih, orang yg desperate itu tidak menarik. Semakin lu desperate pengen punya pacar, semakin ga ada yg mau. Ga percaya? Gua udah buktiin sendiri, pengalaman pribadi ini. Satu2nya cara untuk meraih cinta adalah dengan membuat dirimu menjadi LAYAK untuk dicintai, camkan itu. Belajar yg rajin, kejar impianmu, bentuk karakter dan kepribadianmu, dan cinta akan datang sendiri ke dalam kehidupanmu tanpa harus dikejar2 ala polisi ngejar copet.


4. No matter how much I care, some people just don’t care back.

(Masih berhubungan dengan no 3 ) Hidup itu tidak sesimpel matematika, tidak ada rumus atau formula eksak mengenai bagaimana berelasi dengan orang lain, terlebih di dalam yg namanya cinta. Meskipun ini pahit, pedih, dan mungkin kedengerannya tidak adil, tapi kadangkala tidak peduli seberapa besar kita memberi perhatian kepada seseorang, orang itu tidak akan pernah melakukan hal yg sama kepada kita.

Karena itulah, di saat kita memberi kepada seseorang, hendaklah kita memberi dengan "tulus", bukan memberi karena "ada maunya" karena seringkali kita akan menemukan bahwa orang lain tidak akan bereaksi persis seperti yg kita inginkan. Camkan hal ini di dalam pikiranmu, kawan, supaya kita tidak sering merasa kecewa terhadap orang lain.


Love is always bestowed as a gift---freely, willingly, and without expectation. We don't love to be loved; we love to love. 

(Mencintai adalah sebuah anugerah yg diberikan secara tulus, sukarela, dan tanpa pamrih. Karena itu, hendaklah kita tidak mencintai supaya dibalas cintanya. Cintailah semata2 hanya karena kita mencintai.)


To be continued...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang ...

Emotional Flutter 30 Days Blogging Challenge - Closing

Halo semuanyaaaa...aduh sori banget, udah hampir sebulan kaga aktif nulis blog nih. SIBUK BUK BUK... Pulang ke Indo liburan Sin Ciah malah tambah sibuk di rumah, sampe mood nulis blog, nonton film, dll bener2 LENYAP...NYAP...NYAP...wew Sabar ya, tgl 15 Februari nanti gua bakal balik ke Guilin, dan di sana gua pasti kembali aktif nulis, hehehe. Janji deh! Soal Tantangan 30 Hari Nulis Blog ...ternyata gua sendiri GAGAL ngelaksanainnya, mentok sampe hari ke-7 belom lanjut lagi dan tiba-tiba udah lewat waktu deadline lagi...hiks... Draftnya udah sampe hari sekian belas, tapi belom ada yg rampung. Kalo ga ada mood gini memang susah mau menghasilkan tulisan yg bermutu nih. Memang yg namanya berkomitmen itu sulit ya (jadi mikir dua kali, mending nikah atau ngga ya...) Tapi thank you banget ya buat yg udah ikutan, kalo dihitung-hitung total pesertanya lebih dari 70 orang lho! (Ntar daftarnya gua update lagi ya kalo udah sampe China) Oya, so far, ada beberapa orang blogger yg lapor gua bahwa m...

Twenty Eight

Beberapa bulan yg lalu, waktu gua ngucapin selamat ulang tahun ke seorang sahabat yg saat ini umurnya sudah mendekati kepala tiga, gua mendapati bahwa dia tampak tidak begitu bahagia menghadapi hari ulang tahunnya tersebut. Dia bilang, tidak tahu sejak kapan mulainya, tapi ulang tahun kini sudah bukan lagi merupakan sebuah hal yg menyenangkan bagi dia. Buat dia, ulang tahun seolah menjadi sebuah reminder akan satu tahun yg telah berlalu dan juga reminder akan hal-hal yg belum dia capai di usia dia pada saat ini. Ambil contoh misalnya Mark Zuckerberg, sang pendiri Facebook. Dia usia kepala dua, Zuckerberg berhasil menjadi multi-milyuner, sementara sahabat gua ini di usianya yg hampir mendekati kepala tiga, nyicil beli mobil aja belum kesampean. Gua ngerti sih perasaan dia, gua yakin ga cuma sahabat gua seorang yg terkena krisis identitas di saat umur mendekati kepala tiga. Gua yakin di antara temen-temen pembaca sekalian juga banyak yg berpikir begitu...gua pun tidak jauh berbeda. Gua ...