Langsung ke konten utama

Turn Left Turn Right & A World Without Thieves


Keterangan : Dalam artikel ini yg gua sebut "Chinese Movie" adalah film2 yg berasal dari Mainland China dan sekitarnya, termasuk Hong Kong dan Taiwan. Tujuannya hanya untuk mempermudah, so please don't sweat the small details dan ngeributin masalah hubungan China dan Taiwan. Blog ini bukan blog politik. Thanks.

Kalo ditotal2, dalam usia hampir (uhuk) 26 tahun ini, segala macem film pernah gua tonton, mulai dari film blockbuster Hollywood, film2 silat China dan Hong Kong, anime2 dan tokusatsu Jepang, drama dan reality show Korea, film2 Indie dari Eropa, dan juga film2 dokumenter yg masuk kategori "cult", dan semuanya menarik, punya keunikan sendiri.


Nonton film adalah sebuah hobi yg sudah gua tekuni dari kecil, dan meskipun kini gua terdampar di negeri seberang, hobi ini bukannya berkurang malah makin terpacu akibat di sini gua menemukan banyak tambahan dan masukan film dari temen2 baru gua yg berasal dari mancanegara. Salah satu metode belajar bahasa yg paling gua sukai adalah case study melalui media nonton film. Yg namanya belajar bahasa tidak lepas dari yg namanya budaya, dan melalui film2 yg aneka ragam genrenya tersebut, gua bisa melihat banyak aspek budaya dan kehidupan masyarakat China yg mungkin tidak gua temukan di dalam lingkup pergaulan sehari2.

Genre Chinese Movie tuh bermacam2, mulai dari romance, comedy, action, fantasy, historical, drama, dan juga dokumenter. Secara khusus, gua menemukan bahwa dalam hal film romance-comedy, ternyata Chinese Movie ga kalah bagus dengan sinetron2 Korea lho, bahkan dalam beberapa aspek gua lebih suka Chinese Movie karena tanpa cerita yg tragis atau dramatis ala film Korea (cewenya mati karena sakit lah, cowonya tabrakan sampai mati lah), mereka bisa bikin penonton terpukau dan terharu.

Oke, cukup introductionnya, mari kita lihat Chinese Movie seperti apa sih yg menurut gua sangat sayang kalo temen2 ga nonton?


1. Turn Left, Turn Right (2003)

John (Takeshi Kaneshiro) adalah seorang violinist yg disukai banyak wanita karena wajahnya yg tampan, tapi yg sebenarnya ia inginkan adalah seseorang yg bisa menghargai permainan biolanya, bukan semata2 menilai tampangnya. Eve (Gigi Leung) adalah seorang translator yg punya passion dalam menterjemahkan karya2 puisi dan sastra, tapi somehow sekarang pekerjaannya stuck dalam mentranslate novel2 horror picisan.

Mereka berdua hidup di sebuah bangunan yg sama, ruangan yg persis sama, bangunan yg sama, tapi di kavling yg berbeda dan kamar mereka hanya terpisah oleh sebuah tembok pembatas yg tipis. Sekilas mereka memiliki banyak kesamaan, hidup yg paralel, dan tampak cocok bagi satu sama lain, tapi takdir tampaknya selalu berusaha memisahkan mereka.

Mereka tidak pernah bertemu karena setiap kali keluar dari rumah, yg satu selalu belok ke kiri, dan yg satu selalu belok ke kanan. Mereka sering berpapasan di jalan, tapi mereka belum pernah saling bertatap muka karena jalan hidup mereka selalu bagaikan dua anak panah yg berjalan paralel. Berdekatan, tapi tidak pernah saling bertemu.



Suatu hari mereka berdua akhirnya bertemu di sebuah taman, dan saat itulah mereka saling menyadari bahwa mereka saling mengenal. Di masa kecil, mereka berkenalan di saat sekolah mereka mengadakan Field Trip. John menyukai Eve, dan Eve pun menyukai John. Tapi karena satu dan lain hal, mereka pun terpisah dan lost contact. Bagaikan dua orang kekasih yg sudah lama tidak berjumpa, mereka melewatkan siang yg indah itu bersama2. Sayang sekali, hujan mendadak turun dan mengganggu kencan mereka. Setelah saling bertukar no telp, mereka pun pulang ke rumah masing2.

Sayang sekali, tampaknya takdir hendak mempermainkan mereka. Hujan membasahi potongan kertas kecil berisi no telp yg mereka miliki dan membuat nomornya menjadi tidak terbaca. Mereka berdua berusaha menghubungi satu sama lain dan juga menunggu datangnya telepon satu sama lain, tanpa hasil. Dapatkah mereka melawan takdir yg memisahkan mereka untuk bisa bertemu kembali?


Film ini ingin mengangkat sebuah metafora mengenai cinta sejati yg kadang muncul secara tidak terduga. Mungkin cinta sejati yg selalu kita cari2 selama ini sebenarnya sudah sejak lama ada di samping kita. Entah sahabat kita dari masa sekolah, atau orang yg sering berpapasan dengan kita di jalan. Di satu saat, mungkin orang itu bukan siapa2, tapi kemudian cinta mengetuk hati kita dan mendadak seseorang itu menjadi suatu bagian yg sangat penting di dalam hidup kita.

Ada sebuah puisi terjemahan dari Bahasa Polandia yg digunakan kedua karakter di film ini untuk menggambarkan situasi mereka... Love at First Sight by Wislawa Szymborska


Puisi di atas gua suka banget. Kata2nya bagaikan anak panah yg menghujam tepat ke batin gua yg terdalam. Puisi itu berhasil mengungkapkan esensi dari yg namanya "Cinta Pada Pandangan Pertama". Sebuah perasaan ajaib yg bukan hanya sekedar infatuasi atau letupan emosi, tapi bagaikan sebuah sihir yg menciptakan gelombang perasaan yg menghantam hati dengan kerasnya, meluluh-lantakkan tembok yg telah dibangun oleh rasa takut dan kecewa di masa lalu, dan menanamkan sebuah bibit kecil bernama "harapan" di tengah puing2 keraguan tersebut.

Meskipun plotnya sederhana, tapi film ini merupakan salah satu film drama comedy terbaik yg pernah gua tonton. Sinematografi dan akting kedua karakternya membuat film sederhana ini tidak kalah bersaing dengan film2 Barat dan Korea yg genrenya serupa. Film ini pula lah yg menerbitkan Takeshi Kaneshiro sebagai seorang aktor terkenal di dunia perfilman Asia. Sebuah film yg sangat inspiratif dan introspektif, sayang banget kalo dilewatin.

Buat mereka yg sedang belajar Mandarin, film ini juga sangat gua rekomendasikan karena penggunaan bahasanya yg sangat simpel.

Rating : 9/10



2. A World Without Thieves (2004)

Sha Gen, seorang pekerja bangunan di daerah Yunnan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Hebei untuk menikah dan berkeluarga. Sha Gen adalah seorang pria yg tekun, jujur, dan polos. Ia tidak mengindahkan saran teman2nya untuk mengirim uangnya melalui bank, dan memilih membawa uang sebesar 60.000 RMB (kira2 90 juta rupiah) naik kereta bersamanya.

Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Wang Bo (Andy Lau) dan Wang Li (Rene Liu), sepasang kekasih yg berprofesi sebagai pencuri profesional, yg baru saja menjual BMW curian mereka ke Tibet. Wang Bo ingin mencuri uang Sha Gen untuk memberinya pelajaran mengenai realita kehidupan, namun Wang Li, yg saat itu sedang hamil, tergerak oleh kepolosan dan ketulusan Sha Gen, dan memutuskan untuk melindungi uangnya dari pencuri. 


Si cantik Li Bingbing yg berperan sebagai anak buah Uncle Li

Situasi bertambah kompleks di saat sebuah rombongan pencuri yg dipimpin oleh Uncle Li, seorang kepala pencuri kelas berat, naik ke kereta dan mentarget uang milik Sha Gen. Uncle Li awalnya melarang bawahannya untuk beraksi di kereta yg dicurigai penuh agen polisi yg menyamar ini, tapi beberapa anak buahnya, tergoda oleh besarnya nilai uang yg dimiliki Sha Gen, memutuskan untuk melanggar perintah dan mencoba mencuri uang Sha Gen, namun usaha mereka itu digagalkan oleh Wang Bo.

Tertarik dengan kemampuan Wang Bo, Uncle Li berusaha untuk merekrutnya dengan cara membuat sebuah taruhan. Apabila Uncle Li berhasil mencuri uang tersebut, berarti Wang Bo harus menjadi anak buahnya. Apabila yg terjadi adalah sebaliknya, maka Uncle Li dan komplotannya berjanji untuk meninggalkan kereta tersebut baik2. Pertarungan panas antar pencuri pun terjadi di kereta itu, sementara Sha Gen masih tidak menyadari bahaya yg mengancam dirinya...


Yg menjadikan film ini layak ditonton bukan hanya ceritanya yg menarik, tetapi juga settingnya yg sungguh unik. Pertama kita dapat melihat Wang Bo dan Wang Li beraksi menipu orang kaya yg hidup berkelimpahan harta di kota besar, kemudian kita akan dibawa ke perbatasan Tibet dan Yunnan (China) dan melihat kehidupan penduduknya yg masih lekat dengan alam dan juga banyaknya peziarah yg datang untuk berdoa. 

Kemudian dari film ini juga kita bisa melihat bagaimana kehidupan migrant worker di China. Sha Gen yg berasal dari sebuah desa kecil di Hebei (utara China), pergi ke Yunnan (di ujung barat) dan bekerja sebagai pekerja bangunan selama bertahun2, dan setelah uangnya terkumpul, memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, membeli rumah, televisi, dan kambing, untuk kemudian mencari istri dan menikah. Kepolosan dirinya mencerminkan kehidupan para migrant worker di perbatasan yg hidup apa adanya tanpa terlalu banyak memikirkan masa depan.

Hampir 90% film ini bercerita mengenai perjalanan orang2 menggunakan kereta api di China yg kadang saking jauhnya tempat yg mereka tuju, bisa menghabiskan waktu berhari2 di kereta. Buat temen2 yg belum pernah merasakan perjalanan berhari2 menggunakan kereta di China, menonton film ini bisa memberikan kalian gambaran nyata mengenai hal tersebut.



Masih banyak lagi unsur sosial budaya yg bisa kita pelajari dari film ini, tapi tentunya yg daya tarik utama dari film ini adalah akting Andy Lau, Rene Liu, Ge You, Li Bingbing, Wang Baoqiao, dkk yg super menawan dan juga sinematografi yg super artistik, menjadikan film ini sebuah masterpiece yg sangat sayang untuk dilewatkan.

Rating : 10/10  


TO BE CONTINUED...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k