Langsung ke konten utama

Atheisme : Bukan Sekedar Ga Percaya Tuhan


Temen2 tentu pernah denger istilah "Atheis" kan? Sebenernya apa sih Atheisme itu?
Atheis berasal dari Bahasa Yunani "Alpha" yg berarti "tidak ada" dan "Theos" yg berarti "Tuhan"
Kedua kata tersebut dipadukan menjadi "Atheos" yg berarti "tidak ada / tanpa Tuhan".


Orang yg menganut paham "Atheis" adalah mereka yg tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Tidak percaya Tuhan, bukan berarti orang itu lantas menjadi tidak beradab dan tidak bermoral, melegalkan yg namanya pembunuhan, seks bebas, dll. Bukan, bukan begitu yg namanya Atheis. Atheis adalah mereka yg tidak percaya adanya campur tangan Tuhan di dalam segala hal yg terjadi di dalam kehidupan. Menurut mereka, segala sesuatu yg terjadi di dunia ini bisa dijelaskan dengan rasio. Mungkin kedengerannya aneh dan tidak masuk akal, tapi jangan memandang rendah mereka, karena tentunya mereka punya alasan kuat di balik pandangan mereka ini.

Kenapa orang bisa menjadi Atheis? Menurut survey, kebanyakan orang jadi Atheis karena miris melihat orang2 yg ngakunya beragama, tapi kelakuan mereka ga ada bedanya dengan binatang yg ga menyembah Tuhan. Membunuh mengatasnamakan agama misalnya, saling membenci antar umat beragama, dan masih banyak lagi. Kok agama tidak membuat manusia jadi lebih baik? Di mana Tuhan? Mengapa Ia tidak bertindak terhadap segala kebobrokan2 yg dilakukan umatnya? Pemikiran2 seperti inilah yg menyebabkan seseorang menjadi mempertanyakan eksistensi Sang Pencipta.

Banyak orang2 pinter dan berjasa di sejarah dunia seperti ilmuwan dan filsuf yg jadi Atheis. Itu bukti bahwa kebanyakan manusia meninggalkan kepercayaannya bukan karena mereka murtad atau hatinya terbawa iblis, tapi karena mereka berpikir.

Andreas Ludwig Feurbach adalah salah satu filsuf pertama yg tercatat mempertanyakan eksistensi Tuhan. Seringkali ajaran agama mengatakan bahwa Tuhan bertransformasi di dalam kehidupan manusia, yaitu Tuhan berusaha mencapai tujuanNya melalui setiap tindakan manusia. Apabila benar demikian adanya, berarti Tuhan bagaikan dalang dan manusia adalah wayangnya. Benarkah?

Menurut Feurbach, pernyataan ini tidaklah benar karena menurutnya, Agama adalah PROYEKSI dari kehidupan manusia. Maksudnya gimana? Seringkali dalam beragama orang kadang tidak memakai wahyu asli dari Tuhan, melainkan berdasarkan emosi pribadi. Akuilah, kitab suci agama apapun selalu tertulis dalam bahasa kuno yg tidak mudah untuk dibaca, apalagi di-interpretasikan. Jadi menurut Feurbach, seringkali ajaran2 agama yg diajarkan kepada umat tuh "menyimpang" dari makna aslinya.

Temen2 tentu tahu Karl Marx kan? Filsuf asal Jerman pencetus sosialisme ini pernah berkata "Agama bagaikan opium (narkotika) bagi manusia" Hal ini dikarenakan banyak manusia yg beragama, tapi ga menggunakan hati. Akibatnya mereka jadi bodoh, dungu, fanatik, dan anarkis...sama aja kayak orang lagi sakaw akibat narkotika.

Apakah benar pendapat Karl Marx tersebut? Menurut gua : Benar, APABILA agama hanya ritus dan tidak berpihak kepada masalah manusia. Tapi pada kenyataannya tidak semua orang beragama bertindak seperti itu. Banyak juga orang beragama yg mendedikasikan hidupnya demi kebaikan, Mother Teresa contohnya. Di tangan orang2 seperti beliau, iman bukanlah hanya omong kosong tetapi bertindak bagi kemanusiaan.

Banyak filsuf2 lain yg juga mempunyai pendapat mengenai Atheisme. Nietzche pernah berkata bahwa "God is Dead"...manusia membunuh Tuhan, karena agama seringkali dijadikan alat politik yg penuh kebohongan dan kebusukan. Di tangan agama, manusia menjadi bermental budak, tidak punya akal sehat.

Sigmund Freud, seorang neurologis terkenal dan juga pencetus teori psiko-analisis, pernah berkata bahwa agama itu ilusi yg menyebabkan penyakit "Neurosis Infantil Kolektif" terhadap manusia. Akibat agama, manusia menjadi lemah dan manja, seperti anak2. Mereka terlalu mengandalkan Tuhan, mengandalkan "kekuatan ilahi" untuk menyelesaikan masalah2 hidup mereka.

Jean Paul Sartre, filsuf pencetus Eksistensialisme, pernah berkata bahwa "Manusia tidak akan pernah jadi manusia selama masih ada Tuhan" Kebebasan sesungguhnya baru bisa diraih apabila tanpa Tuhan. Selama ada Tuhan, manusia terkekang, tidak pernah bisa berkembang maksimal. Menurutnya, hal ini dikarenakan terkadang agama terlalu meremehkan rasio, hanya mementingkan kolektivitas saja.

Guru Fenomenologi Agama di kuliah gua pernah bilang "Atheisme adalah oto-kritik terhadap umat beragama saat ini", dan gua setuju banget dengan pendapat beliau. Agama menjadi salah satu sumber perselisihan di dalam kehidupan manusia sementara memeluk agama pun tidak bisa menjamin bahwa perilaku seseorang akan menjadi baik. Jadi, sebenarnya untuk apa sih kita beragama?

Sementara para Atheis ini, meskipun mereka tidak menyembah Tuhan, tapi mereka berkarya dan karyanya secara nyata bisa bermanfaat bagi umat manusia sampai berabad2 setelahnya. Jadi apakah orang Atheis itu salah? Gua rasa ngga, karena meskipun tidak mempercayai Tuhan, mereka ga jadi jahat, malah mereka jadi pinter dan beradab. Orang Atheis ga merugikan orang lain, justru orang beragama lah yg sering merugikan orang laen...itulah fenomena yg sering terjadi di dunia saat ini.

Bagaimana pendapat temen2 mengenai pendapat2 mereka?



Temen2 setuju ga kalo agama itu mengkotak-kotakkan manusia? Gua sih setuju, karena agama terkadang membuat manusia menjadi fanatik, merasa diri adalah yg paling benar dan merendahkan mereka yg mempunyai pandangan berbeda. Dan ga jarang, hal tersebut juga menimbulkan konflik, bahkan pertumpahan darah. Baca deh sejarah umat manusia 100 tahun terakhir...berapa banyak insiden terorisme dan pertumpahan darah yg terjadi dengan mengatasnamakan agama?

Jadi apakah ajaran agama itu salah? Tentu tidak. Yg salah adalah pemeluknya, bukan agamanya. Gua kenal seorang temen yg Atheis dan tau ga, terkadang gua ngerasa kalo dia lebih memahami yg namanya "agama" daripada kita2 semua yg beragama. Dia belajar filosofi semua agama sama rata, tanpa ngejudge apakah itu salah atau bener. Buat dia, agama itu sebuah filosofi hidup yg baik, tapi entah kenapa banyak orang yg ngakunya beragama, tapi hidupnya ga sesuai dengan ajaran agamanya tersebut.

Dia bilang gini ke gua, "It's not GOD that I hate, it's His so-called FANS CLUB" (Yg saya benci bukanlah Tuhan, tapi FANS CLUB nya") Dan menurut gua, argumen dia itu sah2 aja. Buat gua sendiri, gua liat banyak orang beragama di Indonesia tuh malah jadi bodoh, ngeributin yg ga penting. Mereka melupakan esensi yg paling penting yaitu agama melayani manusia, bukan manusia melayani agama. Agama dibuat untuk membuat manusia makin manusiawi, bukan malah jadi biadab. Tapi dewasa ini gua liat yg terjadi malah sebaliknya. Kalo agama malah jadi alasan untuk saling membenci dan menyakiti, terus apa manfaatnya?

Nah temen2 udah liat kan sekarang apa sih isi otaknya orang Atheis. Mereka bukan murtad atau terbawa iblis, atau juga terlalu mengagungkan logika, ngga. Itu semua pilihan hidup, yg ga bisa dijudge bener atau salahnya. Kalo menurut gua, mau beragama atau tidak, itu pilihan pribadi masing2 orang. Tapi apapun pilihan kita, yg paling penting adalah :

Kesatu, kita ga boleh menganggap pilihan kita adalah yg paling bener, karena bener atau salah hanya Sang Pencipta yg tahu, bukan manusia.

Gua memeluk agama dengan memegang sebuah prinsip : beriman itu adalah sebuah taruhan.

Bisa aja ternyata gua salah, ternyata di dunia ini ga ada yg namanya Tuhan, semua hanya fenomena ajaib yg bisa dijelaskan dengan logika manusia. Tapi kalo harus bertaruh dengan misteri Ilahi tersebut, gua memilih untuk percaya karena buat gua, kasih Tuhan tuh nyata dan terasa di dalam kehidupan gua.

Kalo amit2 ternyata gua salah, Tuhan itu ga ada, dan selama ini gua cuma memuja2 yg ga exist...ya udahlah...lebih baik daripada gua menolak mempercayai Tuhan tapi ternyata Tuhan beneran ada dan selama hidup di dunia ini ternyata gua kehilangan kesempatan untuk mensyukuri hikmat yg Tuhan berikan.

Kedua, yg ga kalah penting adalah...kita ga boleh memaksakan kepercayaan kita kepada orang laen. Gua percaya bahwa semua agama di dunia ini sebenarnya sama, berasal dari satu Tuhan, hanya saja mereka memanggil-Nya dengan cara yg berbeda.

Pernah denger cerita tentang 3 orang buta dan seekor gajah?
Alkisah, ada tiga orang buta yg ingin mengetahui seperti apa sebenarnya binatang yang namanya GAJAH itu. Mereka pun sepakat untuk meminta bantuan seseorang dan meminta ditunjukkan separti apa sebenarnya gajah itu. Orang buta pertama maju dan memegang kaki gajah. Dia bilang, “gajah itu bulat dan keras seperti batang pohon”. Orang kedua maju dan memegang belalainya. Dia sampaikan, “gajah itu bulat dan panjang seperti ular”. Lalu, orang ketiga maju dan memegang kupingnya. Ia berteriak, “gajah itu tipis seperti kipas!”

Kisah di atas menggambarkan pemahaman manusia terhadap Tuhan. Apakah pendapat ketiga orang buta itu salah? Menurut gua, pandangan mereka bukanlah SALAH melainkan TIDAK LENGKAP. Bahkan andaikata kita tidak buta sekalipun, kita tetap tidak boleh menganggap pandangan kita yg paling benar. Mengapa? Gajah yg terlihat oleh mata manusia tentunya berbeda dengan gajah yg terlihat di mata hewan lain, serangga atau anjing misalnya.

Kita manusia, ga peduli setinggi apapun ilmu yg kita pelajari, tetap saja akal budi dan kemampuan kita yg terbatas tidak akan cukup untuk memahami misteri Ilahi mengenai eksistensi Sang Pencipta yg tidak terbatas. Karena itu hendaklah kita tidak merasa diri yg paling benar, apalagi memaksakan kepercayaan kita terhadap orang lain.

Menurut gua, manusia tanpa agama itu bagaikan Spiderman yg berada di ruang hampa. Tanpa adanya gedung2 tinggi tempat ia beraksi, Spiderman tidaklah berbeda dengan manusia berkostum biasa. Begitu juga manusia. Tuhan memaknai kehidupan manusia. Dengan adanya agama, kehidupan manusia dimaknai. Kebebasan bukan dibatasi, tapi dimaknai dengan adanya "tanggung jawab"

---

Bagaimana pendapat teman2 mengenai pendapat gua ini? Silakan share jalan pikiran kalian di kotak komentar di bawah ini. Berkomentarlah dengan sopan, semua komentar yg berbau SARA atau menyinggung suatu agama atau golongan akan dihapus. Thanks...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang