Langsung ke konten utama

Go The Distance


Hanya orang serakah yg bilang Tuhan itu ga adil. Why? Karena menurut pengalaman gua, ternyata semua hal di dunia ini selalu berfungsi sebagaikan sebuah neraca yg seimbang. Ada kelebihan dalam satu hal biasanya diiringi dengan kekurangan dalam satu hal, mendapatkan sesuatu juga diiringi dengan kehilangan sesuatu.

Segala sesuatu yg berlebihan, hal baik sekalipun, ujung2nya menjadi tidak baik. Iman misalnya, iman yg berlebihan terhadap kepercayaan kita akan berujung kepada fanatisme, dan yg namanya fanatisme selalu tidak berakhir dengan baik. Orang yg terlalu banyak uang, hidupnya seringkali tidak tenang...takut ditipu orang, takut dirampok, dan lain sebagainya.

Banyak orang yg setelah baca kisah perjalanan gua di China bilang kalo mereka sirik ma gua karena gua punya kesempatan untuk belajar ke luar negeri, dll. Awalnya juga gua mikir begitu, bahwa kesempatan untuk kuliah ke luar negeri ini adalah kesempatan yg sangat ajaib dan wah. Apalagi gua pergi ke sini pake beasiswa, bukan ngabisin duit ortu, kesannya sempurna banget ya. Sedikit gua menyadari bahwa untuk mendapatkan sesuatu, gua juga harus melepaskan sesuatu yg sama harganya. Yup, kalo kalian ga ngalamin sendiri, kalian ga akan sadar...bahwa studi ke luar negeri juga butuh pengorbanan...

Hari ini Kamis Putih dan besok Jumat Agung. Tapi jangankan merayakan Paskah, besok gua libur aja kaga tuh. Jujur, kalo bukan gara2 gua liat temen2 gua di grup Whatsapp pada sibuk ngerencanain liburan, mungkin gua udah lupa sama sekali bahwa minggu ini adalah Paskah. Maklum, hidup di negara sosialis seperti China, gua lumayan terisolasi dari hal2 yg sifatnya religius. Di sini setiap pagi dan sore ga ada suara adzan, di koran ga ada berita soal perselisihan antar umat beragama, ga ada orang egois yg manfaatin agama untuk alat politik. Dalam hal ini, gua jujur lebih suka China daripada Indonesia, hehehe.

Event2 seperti inilah yg kadang bikin gua rindu banget sama kehidupan gua di Indonesia. Gua inget, tahun lalu, menjelang Paskah, gua lagi sibuk nyanyi di gereja bareng paduan suara, bahkan gua masih inget lagu apa aja yg waktu itu kita nyanyiin. Terus di long weekend menjelang Paskah, gua sering kumpul bareng temen2 SMA dan maen bareng. Hal2 seperti itulah yg kadang bikin gua homesick banget dan pengen pulang. Waktu dan kesempatan berharga bersama teman dan keluarga, hal itulah yg gua korbankan selama gua kuliah di China.

Memang di sini gua dapet banyak pelajaran berharga. Mandarin gua meningkat pesat, pengetahuan gua bertambah, gua belajar hidup mandiri dan berdikari di negeri orang, gua dapet banyak pengalaman berteman dengan orang dari manca negara, gua traveling ke tempat2 yg sebelumnya hanya bisa gua impikan seperti Xi'an dan Harbin, dan masih banyak lagi. Bahkan kalo gua sukses apply beasiswa, gua bakal tambah 3 tahun lagi di China sampe gua lulus S2. It looks to good to be true ya? Di satu sisi sih iya, di satu sisi lagi...ngga juga...

Jangan salah, gua di sini ngerasa nyaman banget. Gua punya banyak sahabat2 baik dari mancanegara yg sayang dan peduli sama gua. Kalo gua susah, mereka akan bantuin gua sekuat tenaga, walaupun tanpa diminta. Laoshi2 di sini juga semuanya baik, udah kayak Cici dan Bibi gua sendiri aja, semua selalu siap membantu kita murid2 asing, jikalau ada kesulitan. Semua orang di sini udah kayak keluarga kedua gua, rumah kedua gua. Tapi tetep, sebaik apapun mereka, tetep aja di hati gua, mereka ga bisa menggantikan posisi keluarga dan sahabat2 nun jauh di seberang lautan...

4 tahun yg gua habiskan di China berarti 4 tahun waktu bersama teman dan keluarga di Indonesia yg gua korbankan. Gua ga bermaksud pesimis, tapi umur manusia siapa sih yg tahu? 4 tahun di China berarti gua kehilangan waktu 4 tahun yg berharga untuk berada di sisi orang tua gua. Gua kakak beradik cuma dua orang, kadang gua suka mikir...apakah adik lonely di rumah tanpa kehadiran gua? Gua melewatkan tahun2 berharga di masa remaja dia, ga bisa melihat dia tumbuh dan berkembang sebagai seorang designer interior dan seorang laki2 yg tangguh.

Kadang gua suka mikir bahwa jaman dulu di mana belom ada Internet dan smartphone, mungkin ga seberat sekarang rasanya kalo studi ke luar meninggalkan tanah air. Sekarang didukung dengan kecanggihan teknologi, setiap hari gua bisa ngobrol dan menggila bersama sahabat2 gua. Seru banget, gua jadi ga pernah ketinggalan update soal hal2 yg terjadi di Indonesia, tapi di satu sisi...kadang gua suka galau sendiri liatnya... Contohnya, waktu ada seorang sahabat yg ngadain acara jalan2 terus nanya "Jadi, siapa aja yg hari ini ikut badminton?" Gua pengeeeeen banget jawab "Gua ikuuutttt"...tapi kan ga mungkin, kecuali mereka maen badmintonnya di dalem game online, hehehe...

Sekarang mereka mungkin belom pada married, masih bisa maen dan menggila ke mana2, tapi mungkin saat gua pulang nanti, mereka semua udah pada married, udah pada sibuk dengan keluarga, mungkin bakal makin jarang ketemu. Tahun lalu ada seorang sahabat baik gua yg mau ngelamar cewenya, tapi berhubung gua lagi di seberang lautan, gua ga bisa hadir dan bantu dia secara nyata. Kalo mereka married tahun2 ini, apakah gua bisa hadir? Ataukah gua juga harus melewatkan kesempatan berharga untuk hadir di pernikahan sahabat baik gua sendiri?

4 tahun di China berarti gua kehilangan kesempatan untuk melewati 4 kali Natal, Paskah, Tahun Baru, Ulang Tahun, dan Imlek bersama sahabat dan keluarga gua. Tahun lalu Natalan sendiri di China aja udah bikin gua uring2an setengah mati, nah ini gimana kalo ditambah 3 tahun lagi? Kadang gua meragukan keputusan gua ini. Jangan2 kalo gua pulang nanti, semua udah berubah, dan berjalan semestinya tanpa melibatkan gua. Gua takut kalo nanti gua hanya akan jadi sesuatu yg tidak signifikan di mana gua cuma bisa bengong dan merasa being left out dari segala sesuatunya. Bahkan gua curiga nanti pas gua pulang, anjing gua aja udah ga inget sama gua. Sedih ga sih rasanya?

Tapi semua ini tentunya hanya curhatan galau gua belaka. Tentu gua punya alasan kuat kenapa gua memilih untuk pergi ke China dan kuliah S2 di sana. Gua cukup yakin bahwa jalan pilihan gua ini (kemungkinan besar) bener dan ga akan gua sesalin nantinya. Cuma maklum lah, sebagai seorang manusia kita sering takut pada suatu ketidakpastian, gua pun demikian. Kadang gua masih suka bertanya2 aja...is it worth it? Apakah semua yg gua dapatkan nantinya setara dengan yg gua korbanin?

Untuk saat ini gua belum bisa jawab. Gua cuma berharap, Tuhan akan tuntun jalan gua, kasih gua banyak pengalaman dan pelajaran berharga sehingga kalo gua pulang ke Indonesia suatu hari nanti, gua bisa bersyukur dan bangga untuk mengatakan bahwa setiap detik yg gua jalani di seberang lautan, jauh dari keluarga, itu berharga dan gua memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bahwa gua sekarang kembali ke kehidupan lama gua, sebagai sosok pribadi baru yg tangguh, dan bisa membawa perubahan positif bagi orang2 di sekeliling gua.

Ada satu lagu yg menggambarkan perasaan gua saat ini...lagu yg dulu sering gua dengerin menjelang graduation SMA...

Go The Distance - Michael Bolton



I have often dreamed
Of a far off place
Where a hero's welcome
Will be waiting for me
Where the crowds will cheer
When they see my face
And a voice keeps saying
This is where I'm meant to be

I will find my way
I can go the distance
I'll be there some day
If I can be strong
I know every mile
Will be worth my while
I would go most anywhere
To find where I belong

Down an unknown road
To embrace my fate
Though that road may wander
It will lead me to you
And a thousand years
Would be worth the wait
It might take a lifetime
But somehow I'll see it through

And I won't look back
I can go the distance
And I'll stay on track
No I won't accept defeat
It's an uphill slope
But I won't lose hope
Till I go the distance
And my journey is complete
But to look beyond the glory is the hardest part
For a hero's strength is measured by his heart

Like a shooting star
I will go the distance
I will search the world
I will face its harms
I don't care how far
I can go the distance
Till I find my hero's welcome
Waiting in your arms...

I will search the world
I will face its harms
Till I find my hero's welcome
Waiting in your arms


Bagaimana nih? Apakah temen2 ada yg punya pengalaman serupa dengan gua? Siapapun yg pernah kuliah/kerja di luar kota mungkin pernah ngalamin perasaan yg sama seperti yg gua alamin. Share donk di sini... =)

To look beyond the glory is the hardest part, for a hero's strength is measured by his heart...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kuliner Khas Tiongkok Yang Wajib Kamu Coba

Kalo denger kata "Chinese Food" , makanan apa sih yang terlintas di otak kalian? Pasti ga jauh-jauh dari Cap Cay, Dim Sum, Bubur Pitan, Ayam Kuluyuk, Nasi Campur, atau Ambokue. Iya kan? Dari kecil gua hobi banget makan Chinese Food, maklum, dari kecil lidah gua memang udah dimanjakan oleh masakan-masakan ala Chinese super enak buatan kakek-nenek dari keluarga bokap dan nyokap. Makanya, waktu gua berangkat kuliah S2 ke China tahun 2012 silam, soal makanan adalah hal yang paling tidak gua khawatirkan. Ah, toh gua keturunan Tionghoa ini, tiap hari harus makan Chinese Food pun gak masalah. Siapa takut? Tapi ternyata gua salah. Ternyata Chinese Food di daratan China BERBEDA JAUH dengan Chinese Food di Indonesia. Seriusan, terlepas dari perbedaan jenis daging yang dipakai (di sini kebanyakan memang pake daging babi), gua menemukan bahwa di China ini jarang banget ada masakan Chinese seperti yang biasa kita temukan di Indonesia. Jangankan Dim Sum, masakan rumah kayak Cap Cay, Ayam

Kopdar Manis Bareng Safira Nys

Minggu lalu, waktu reunian sama temen sekampus, pernah ada satu orang yg nanya ke gua "Ven, lu ngeblog teh rasanya udah lama ya?" "Iya, dari tahun 2010, berarti ga kerasa udah 7 tahun nih gua serius ngeblog" "Kok lu bisa tahan sih? Emang apa serunya ngeblog?" Jawaban dari pertanyaan dia itu ga cukup gua jawab pake satu atau dua kalimat saja. Kalo mau dibahas secara mendetail, mungkin bisa dijadiin tesis setebal 100 halaman bolak balik dan berisi 60.000 kata. Ngeblog itu BANYAK BANGET manfaatnya kalo buat gua. Memang, sampe sekarang gua masih belum bisa punya penghasilan dari ngeblog, tapi ngeblog ngasih gua banyak manfaat yg ga bisa dinilai pake uang. Salah satunya manfaat utama yg mau gua bahas di postingan kali ini adalah...ngeblog ngasih gua kesempatan untuk kenalan dengan banyak orang-orang hebat. Salah satunya adalah...Syifa Safira Shofatunnisa (semoga gua kaga salah nulis namanya) aka Safira Nys , atau biasa gua panggil "Nisa" Gua pertama k

How To Survive in Harbin

Berhubung di post yg sebelumnya banyak yg komen soal ketertarikan mereka untuk pergi ke Harbin dan bagaimana cara survive di sana, makanya di post kali ini, sebelum gua lanjutin cerita tentang petualangan gua di Harbin, gua mau cerita dulu tentang bagaimana persiapan gua untuk pergi ke Harbin dan hal2 apa saja yg harus diperhatikan di saat kita akan pergi ke tempat yg temperaturenya jauh di bawah nol seperti Harbin. Semoga tips2 ini berguna bagi temen2 yg berminat untuk pergi ke Harbin, Kutub Utara, Siberia, atau tempat2 super dingin lainnya di dunia, hehehe. Kapan waktu yg baik untuk pergi ke Harbin? Ice and Snow Festival di Harbin tiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari dan berlangsung selama sekitar satu bulan, dan pada umumnya berakhir sebelum Spring Festival / Chinese New Year yg jatuh sekitar awal bulan Februari. Jadi, bulan Januari, adalah saat yg paling tepat untuk pergi ke sana. Tapi inget, bulan Januari adalah bulan PALING DINGIN di Russia dan China Utara. Banyak orang