Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Selamat Tinggal, Depresi

Oke, di postingan kali ini, gua mau cerita sesuatu yang sedikit personal. Tahun 2008-2010 bisa dibilang adalah masa paling kelam dalam hidup gua. Patah hati yang bertubi-tubi, gesekan dalam pergaulan, krisis identitas, dan situasi keluarga yang jauh dari harmonis, menyebabkan gua depresi berat . Di depan orang lain gua selalu jadi seseorang yang penuh canda dan tawa. Seringkali gua tersenyum, tapi sebenarnya hati gua saat itu seperti disayat-sayat. Gua sering ngerasa minder, emosi gua ga stabil, bete atau sedih tanpa alasan yang jelas, dan aneka pikiran negatif seperti niat untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri pun sering terlintas di kepala gua. Cuma beberapa orang-orang terdekat gua bisa merasakan aura negatif yang sering terpancar dari diri gua pada masa-masa itu. Waktu itu kalo berantem sama orang di rumah, gua suka jerit-jerit histeris, nangis sambil ketawa-tawa ga jelas ala Jokernya Batman (sampe sekarang masih suka kejadian, kalo lagi stress berat, dunno why), jeduk-jeduk

Kopdar Heboh Bersama Irvina Lioni

"Malu bertanya, sesat di jalan" itu salah satu dari pepatah Bahasa Indonesia favorit gua. Mengapa? Karena di era digital di mana kita bisa bebas mengakses informasi ini, banyak sekali kesalahpahaman yang timbul karena kita tidak kritis dan malas bertanya. Dengan sekian banyaknya informasi palsu dan berita hoax yang bertebaran di beranda social media kita, bagaimana caranya supaya kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah? Bagaimana caranya supaya kita tidak terhasut oleh artikel-artikel dan situs-situs yang memang berniat menebar bibit kebencian dan perpecahan? Ada banyak cara, tapi salah satu cara yang paling mudah adalah bertanya . Bertanya kepada seseorang atau narasumber yang memang ahli atau punya pengetahuan mengenai hal yang ingin kita ketahui itu. Untuk apa sih kita bertanya? Ingin tahu itu tidak selalu identik dengan kepo. Kita bertanya karena kita ingin mendapatkan informasi yang benar. Kita bertanya karena kita menolak untuk berasumsi tanpa dasar yang ben